Cadangan Pangan Tersembunyi di Lahan Kebun Jati

Koordinator kegiatan sosialisasi tim dosen dan mahasiswa Polbangtan Malang, Suhirmanto (baju coklat) saat melihat lahan thethelan di Jember. (FOTO: Humas Polbangtan Malang for TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Istilah lahan Thethelan terungkap ketika dosen dan mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Malang (Polbangtan Malang) melakukan sosialisasi penentuan masa panen tanaman jagung di Kabupaten Jember, Jumat (22/2/2019) lalu.

Salah satu petani peserta sosialisasi, Nisin menuturkan, rata-rata petani yang mengikuti kegiatan sosialisasi adalah petani penggarap atau “pesanggem”. Mereka mengerjakan lahan Perhutani dengan Jati sebagai tanaman pokok. Biasanya tanaman pohon Jati sudah ditebang dan ditanami yang baru.

Sambil menanti tanaman jati yang ditanam itu tumbuh, kata Nisin, para petani bekerja sama dengan Perhutani agar bisa memanfaatkan lahan di sela tanaman jati tersebut, untuk ditanami tanaman semusim seperti jagung.

Lebih lanjut, Nisin yang juga ketua kelompok tani pesanggem ini menjelaskan, pohon jati perlu waktu 3 tahun untuk tumbuh dan menaungi lahan. Maka  selama waktu itu para petani bisa memanfaatkan lahan perhutani.

Mengenai produksi jagung per hektare dari lahan Thethelan, Nisin menyebut berkisar antara 6 hingga 7 ton jagung pipil kering.

Koordinator kegiatan sosialisasi tim dosen dan mahasiswa Polbangtan Malang, Suhirmanto mengapresiasi upaya kerja sama yang dilakukan petani pengguna lahan hutan atau Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dengan pihak Perhutani. Alasannya, hal itu merupakan salah satu “usaha luar biasa” dalam mewujudkan swasembada jagung nasional.

Menurut Suhirmanto, dalam upaya mewujudkan swasembada jagung, apalagi untuk visi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia tahun 2045, harus melakukan upaya-upaya terobosan.

"Kita tidak bisa hanya mengandalkan lahan eksisting yang ada saat ini, apalagi luasannya kecil kecil dan menyebar, dan lagi jumlahnya terus menurun disebabkan alih fungsi lahan," ujarnya, Minggu (24/2/2019).

Bahkan, lanjutnya, pemanfaatan lahan Perhutani oleh petani untuk tanaman semusim diharapkan bisa mengurangi kerusakan hutan. Karena kerja sama ini merupakan salah satu wujud reformasi agraria untuk mensejaterakan petani sekitar hutan.

Terpisah, Sekretaris Dinas Tanaman Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Jember, Sujono mengatakan, potensi lahan “thethelan” milik Perhutani yang dimanfaatkan petani mencapai puluhan ribu hektar.

Bisa mencapai 20 ribu hektar, bahkan bisa lebih, tersebar di Kecamatan Sukorambi, Mayang, Silo, dan Gumukmas. Menurut catatan yang ada, petani yang memanfaatkan lahan thethelan adalah petani yang tinggal berdekatan dengan lahan Perhutani.

Para petani ini, selain memiliki lahan tegalan juga melakukan kerja sama dengan Perhutani untuk memanfaatkan lahan Thethelan ditanami jagung. Lahan thethelan ini bisa ditanami selama 2 musim dalam satu tahun. Untuk MK II jagung ditanam pada November dan Desember 2018 dan diperkirakan akan panen sekitar bulan Pebruari dan Maret 2019. (*)