Temuan Beras Busuk, Bulog Diminta Audit Internal

Pekerja menata beras setelah pengemasan di gudang Perum Bulog.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

VIVA – Mantan Direktur Utama Bulog, Sutarto Alimoeso mengatakan, ditemukannya beras busuk di Bulog Divre yang ada di Sumatera Selatan dan Babel diduga karena aturan SOP yang dilanggar.

"Semua itu kan ada sebabnya, (beras busuk) kan sebagai akibat. Sebab bisa bermacam-macam, paling berat kalau ada ketidakpatuhan terhadap SOP yang ada," ujar Sutarto di Jakarta, Jumat, 15 Februari 2019.

Dia menjelaskan, dengan adanya SOP yang jelas itu, maka seharusnya dapat ditelusuri apa yang menjadi penyebab terjadinya beras busuk di gudang Bulog tersebut.

"Termasuk soal First In First Out (FIFO), itu sudah ada SOP-nya. Kaitan dengan pengadaan tentu juga ada syarat yang harus dipenuhi. Jadi bisa ditelusuri mulai dari sana (SOP) tentunya, terpenuhi tidak SOP-nya" kata dia.

Untuk itu sebagai langkah awal dapat dilakukan audit internal oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) secara menyeluruh. 

"Menurut saya bisa dimulai dari gudangnya, kemudian atasan kepala gudangnya, karena atasan bertanggungjawab melakukan pemeriksaan dan koordinasi. Jadi semua harus diaudit dan diperiksa," kata dia.

Bahkan menurutnya, ada sanksi yang harus diberikan kepada pihak yang dinilai bertanggungjawab atas kesalahan atau ketidakpatuhan terhadap SOP yang berlaku. 

"Tapi tergantung pada tingkat-tingkat kesalahannya," kata Sutarto.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh pun mengklaim, selama ini telah menjalankan standar operasional prosedur terkait penyaluran beras dari dan ke luar gudang. 

Waktu keluarnya beras disesuaikan dengan waktu masuknya (first in-first out)
Perawatan juga telah dilakukan antara lain untuk menjaga sanitasi gudang dibuka secara rutin setiap pagi. 

“Jadi kondisinya memang sudah ada. Yang seperti itu sedang kita perbaiki tahap-tahapannya. Itu sudah kita pisahkan,” kata dia.

Namun diakuinya, kondisi gudang Bulog yang mumpuni untuk menyimpan beras memang tidak seluruhnya baik. Sebagai contoh, gudang Bulog yang mumpuni kedap  kurang dari 40 dari total unit yang ada. 

“Seperti misalnya dilengkapi dengan turbin fentilator dan hidro thermometer,” ujarnya. 

Sisanya hanya sesuai standar untuk penyimpanan beras. “Gudang kita ada ISO nya kok. Kalau dibilang tidak standar, siapa yang bilang tidak standar?” kata dia. (EP)