Jabung Menjadi Destinasi Wisata Kuliner, Kenapa Tidak?
- timesindonesia
Berusaha keras agar wilayah Jabung, Kabupaten Malang juga menjadi tujuan wisatawan sebagai destinasi wisata kuliner, Khosidah Yudo, tak mau memasarkan produk kripik buah produksinya ke kota. "Saya pasarkan di desa saja dengan memanfaatkan networking dengan teman-teman yang ada," katanya.
Hasilnya? "Alhamdulillah, meski masih belum se-wah yang lainnya, tapi produk kami setidaknya sudah dikenal sampai ke mancanegara selain sebagian besar di wilayah Indonesia sendiri," kata Khosidah yang akrab dipanggil Ida itu.
Jabung, lanjut Ida, memiliki banyask potensi produk-produk unggulan mulai dari soal handycraft, topeng, kopi, sambel bakar dan sebagainya.
"Itu belum termasuk keindahan alam yang dimiliki Jabung seperti ada tempat negeri di atas awan dan lainnya. Jabung punya 39 UKM. Jadi sangat layak sekali bila Jabung jadi tempat tujuan wisata," katanya.
Menggunakan merk Mak-Rum, dengan usia produksi yang masih dua tahun berjalan, Ida berusaha keras agar produk home industrinya berupa kripik nangka, kripik nanas, kripik apel, kripik salak, kripik pisang dan sebagainya itu, ternyata sudah dikenal di negeri Jiran, Malaysia, Brunei, India dan sebagainya.
Ida lantas menceritakan, produknya itu dikenal dan diminati di luar negeri karena kerenyahannya.
"Kami berusaha keras mengutamakan kualitas, bukan semata-mata kuantitas. Karena kami yakin kuantitas itu dengan sendirinya akan mengikuti manakala produk itu trendnya semakin meningkat dikenal," ujar mantan pegawai bank Bukopin ini.
Ia mempekerjakan sekitar 8 orang yang semuanya adalah kaum emak-emak tetangga kanan kirinya. Mereka diberi kebebasan dalam bekerja tapi diajari tentang konsistensi memperlakukan bahan baku kripik. Bagaimana caranya mengupas, memotong, menyimpan dan sebagainya.
"Ya karena kami mengutamakan kualitas dengan memberdayakan emak-emak. Daripada mereka ngerumpi ke sana kemari lebih baik ngerumpi yang menghasilkan," tandas Ida lagi.
Ia menyebutkan, negara Malaysia adalah salah satu negara yang cukup signifikan memesan kripik buah produk Mak-Rum ini. Terkadang kirimnya bisa sampai tiga kali hanya dalam satu musim. Ida memang tidak bisa mengkalkulasi jumlahnya. Namun yang jelas saat minta kiriman satu kontainer, misalnya, itu terdiri sari beberapa jenis kripik.
Tentang kualitas, menurut Ida, cara mengenalinya sederhana, bahkan ketika kripik itu dibanting di lantai akan menimbulkan suara gemerincing, seperti suara logam yang terjatuh di atas lantai porselin dan kemudian pecah. "Itu berarti perlakuannya benar," katanya.
Selain kualitas, Ida juga menetapkan harga yang jauh lebih murah. Ia mengaku telah mempelajari banyak hal selama masih menjadi pegawai bank, bahwa betapa menumpuknya kesulitan yang dihadapi para usahawan sekelasnya dalam memasarkan produk-produknya.
"Saya ingin keuntungan itu tidak meledak-ledak, namun keuntungan yang kata orang Jawa langsam," paparnya.
Sayangnya, kata dia, musim buah khususnya di Malang tidak selalu ada sepanjang tahun. Ini menjadikan salah satu persoalan. Ia mencontohkan saat ini sedang musim buang nangka, karena itu pemasok buah nangka bisa rutin memasok. Namun musim nangka ini tidak akan lama, sebentar lagi habis.
"Sementara permintaan kripik buah nangka tidak putus. Ini jadi persoalan tersendiri. Karena ketika kami memproduksi kripik nangka dalam keadaan musim nangka seperti ini, kami membagi kepada para buyer itu merata agar komunikasi kami selalu ada. Jadi tidak kami bagi habis untuk satu atau dua buyer besar, agar komunikasi dengan seluruh buyer tetap terjalin," ujarnya.
Karena itu Ida berharap semua komponen yang ada di Jabung, Kabupaten Malang ini menyamakan persepsi untuk bersama-sama memajukan destinasi wisata kuliner dalam rangka bersama-sama pula untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. (*)