Siswa Korban Gempa Lombok dan Palu Mulai Belajar di Kelas Darurat
- Dok. Istimewa
VIVA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan, siswa korban gempa di Lombok, Nusa Tenggara Barat dan Palu, Sulawesi Tengah, mulai meninggalkan tenda darurat. Kini, seluruh siswa yang sekolahnya terdampak gempa telah belajar di kelas darurat.
"Di NTB dan Palu itu, sekarang kondisinya anak-anak belajar di kelas darurat yang dibikin oleh Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat). Mereka semula belajar di tenda, sekarang secara bertahap dialihkan ke kelas darurat," kata Muhadjir saat di Malang, Senin 4 Februari 2019.
Muhadjir mengatakan, selama ini kerja sama antara Kemendikbud dan Kementerian PUPR untuk korban gempa berjalan baik. Misalnya, untuk fasilitas belajar sekolah yang belum memiliki kelas darurat.
Koordinasi berlanjut antara Kementerian PUPR dan Kemendikbud dengan mendirikan kelas darurat, agar fungsi belajar mengajar tetap berjalan.
"Termasuk, kalau dari Kementerian PUPR belum tersedia kelas darurat. Kemendikbud itu membangun kelas darurat. Setelah ini (kelas darurat) nanti baru membangun sekolah permanen, termasuk yang di relokasi," ujar Muhadjir.
Sementara itu, untuk siswa korban gempa dan tsunami di Lampung dan Banten, tidak banyak sekolah yang rusak. Namun, dua daerah itu juga masuk dalam anggaran rehabilitasi sekolah dari Kemendikbud tahun ini.
"Sedangkan di wilayah Lampung dan Banten, tidak banyak sekolah yang rusak. Memang, anggaran rehabilitasi tidak banyak dari Kemendikbud. Yang penting, Kemendikbud hanya memastikan anak-anak itu tidak terganggu proses belajar mengajarnya," tutur Muhadjir.
Muhadjir mengatakan, pascagempa tugas utama Kemendikbud adalah memberikan trauma healing kepada siswa korban gempa. Selanjutnya, Kemendikbud bersama UNICEF mendirikan tenda darurat. Kemudian, tugas membangun sekolah darurat diambil alih oleh Kementerian PUPR.
"Tinggal kita terus memantau perkembangannya proses belajar mengajar jangan sampai terganggu, itu saja," kata Muhadjir. (asp)