Gempa Mentawai Dekat Zona Megathrust, BMKG: Butuh Kewaspadaan
- BMKG
VIVA – Gempa bumi yang terjadi di zona subduksi Mentawai perlu diwaspadai karena terjadi dekat zona Megathrust yang masih menyimpan energi yang sangat besar. Rentetan gempa bumi bisa saja mengganggu keseimbangan segmen-segmen patahan Megathrust yang berada dekat pusat gempa.
Meski tidak memicu tsunami, tapi tetap dibutuhkan kewaspadaan dari masyarakat. Gempa bumi tektonik di Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat, pada Sabtu, 2 Februari 2019, pukul 16.27 WIB, terjadi dengan kekuatan 6,1 skala Richter. Pusat gempa terjadi pada kedalaman 26 kilometer.
Gempa paling kuat berpusat di laut pada jarak 105 kilometer arah Tenggara Kota Tua Pejat, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Provinsi Sumatera Barat. Hingga pukul 21.00 WIB, dari hasil monitoring Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) sebanyak 52 kali. Secara keseluruhan ada lima aktivitas gempa yang guncangannya dirasakan oleh masyarakat.
Dampak gempa bumi berdasarkan laporan masyarakat dirasakan di daerah Padang Panjang, Bukittinggi, Solok, Padang, Pariaman, Painan, dan Kepulauan Mentawai seperti Tua Pejat dan Pagai Selatan. Berdasarkan laporan, tercatat Puskesmas Sikakap rusak ringan dan ada mercusuar yang sudah tidak berfungsi roboh.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, tampak bahwa gempa ini termasuk dalam klasifikasi gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Tepatnya di zona Megathrust segmen pagai yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudra Hindia sebelah barat Sumatera.
Konvergensi kedua lempeng tersebut membentuk zona subduksi yang menjadi salah satu kawasan sumber gempa bumi yang sangat aktif di wilayah Sumatera.
"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi ini dipicu oleh penyesaran naik (thrust fault)," ujar Deputi Bidang Geofisika BMKG, Muhamad Sadly.
Masyarakat agar tetap tenang, waspada, dan mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan BMKG setempat. Selain itu, tidak mudah terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Kondisi Cuaca Indonesia Terkini
Sementara itu, curah hujan tinggi berpeluang masih terjadi di wilayah Indonesia pada Februari 2019. Potensi curah hujan tinggi ini seiring dengan prediksi puncak musim hujan di akhir Januari hingga Februari 2019. Khususnya terjadi di wilayah Jawa, Bali, hingga Nusa Tenggara.
BMKG menganalisis bahwa saat ini ENSO atau El Nino Southern Oscillation, dalam status lemah. Sementara itu, IOD atau Indian Ocean Dipole, dalam status netral. Artinya tidak cukup signifikan mengurangi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Untuk MJO atau Madden Julian Oscillation, berada pada fase kering dan diperkirakan aktif serta kurang berkontribusi pada pembentukan awan khususnya di wilayah Indonesia bagian barat hingga dua pekan ke depan.
Nilai Anomali Suhu Muka Laut di sebagian wilayah perairan Indonesia selama Februari diperkirakan lebih hangat dari normalnya, kondisi ini cukup berkontribusi terhadap penambahan suplai uap air di wilayah Indonesia.
Sirkulasi tekanan rendah di wilayah Australia bagian utara mengakibatkan terbentuknya daerah pertemuan angin di sekitar Maluku dan Papua yang mengakibatkan peningkatan potensi pembentukan awan hujan.
Gelombang Tinggi
Sementara itu, gelombang tinggi berpotensi terjadi dengan tinggi 2,5 sampai 4,0 meter di perairan Samudra Hindia Selatan Jawa Timur hingga NTB, Laut Natuna Utara, Perairan Kepulauan Babar-Kepulauan Tanimbar.
Selain itu, bakal tercatat tinggi di wilayah Perairan Kepulauan Kei-Aru, Laut Arafuru, Perairan Kepulauan Sangihe-Kepulauan Talaud, Laut Maluku Bagian Utara, Perairan Kepulauan Halmahera, Laut Halmahera,
Perairan Utara Papua Barat Hingga Papua, Samudra Pasifik Utara Halmahera hingga Papua dan Perairan Yos Sudarso. (art)