Dalam Sehari Sumatera Barat Digoyang Gempa Sebanyak 52 Kali

Grafik gempa bumi Mentawai
Sumber :
  • BMKG

VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis data berdasarkan hasil monitoring hingga pukul 21.00 WIB, Sabtu 2 Februari 2019. Bahwa telah terjadi aktivitas gempa bumi susulan (aftershock) sebanyak 52 kali dengan rincian, 6 kali gempa di atas 5 skala ritcher dan 46 kali di bawah 5 SR mengguncang Sumatera Barat. Pusatnya di Kabupaten Kepulauan Mentawai. 

Menurut BMKG, gempa bumi dengan kedalaman kurang dari 30 kilometer ini, termasuk dalam klasifikasi gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia tepatnya di zona Megathrust yang merupakan zona subduksi lempeng yang berada di Samudera Hindia sebelah barat Sumatera.

Menanggapi adanya peningkatan aktivitas kegempaan itu, ahli Geologi Sumatera Barat, Ade Edward berpendapat jika rentetan gempa bumi dalam sehari tadi bisa saja mengganggu keseimbangan segmen-segmen patahan Megathrust yang berada di sekitar pusat gempa tadi. Jika benar demikian, maka tidak menutup kemungkinan mengganggu stabilitas equilibrium (keseimbangan) sehingga terpicu untuk melepaskan kunciannya yang dapat menyebabkan terjadinya gempa susulan berikutnya.
.
"Tidak bisa diperkirakan apakah kalau terjadi gempa susulan akan lebih kecil atau bahkan bisa saja lebih besar. Kejadian gempa susulan lebih besar sering terjadi,” kata Ade, Sabtu 2 Februari 2019.

Diutarakannya, belajar dari kejadian gempa kita September 2007 dan gempa Lombok, juga gempa patahan Sumatera pada maret 2007. Gempa pertama memicu gempa susulan di segmen patahan di sampingnya.

Menurut Ade, gempa bumi Megathrust hari ini bertipe slow earthquake, gempa yang dirasa mengayun. Slow earthquake kata Ade, dampaknya tidak begitu merusak fisik bangunan.

Namun, jika skala gempanya besar maka bisa membangkit gelombang tsunami. Berbeda dengan tipe rapid earthquake (tipe gempa menghentak). Seperti Gempa 2009, tidak tsunami tapi meruntuhkan banyak bangunan.

Terkait apakah gempa ini merupakan gempa pembuka, Ade berpendapat sebaiknya dianggap saja sebagai gempa pembuka, sehingga masyarakat bisa lebih waspada lagi. Apalagi beberapa kali goncangan yang cukup lama durasinya dialami oleh segmen-segmen di sekitar pusat gempa tadi.

"Bisa saja memicu gempa pada segmen patahan di sebelahnya. Kejadian seperti ini sudah umum. Tidak ada yang bisa tahu sampai seberapa pengaruh goncangan tadi terhadap segmen patahan di sekitar pusat gempa tadi. Sementara kondisi Megathrust Mentawai ibarat sudah gelas retak," tutur Ade