Teror KPK, Novel Baswedan: Banyak dan Belum Ada yang Terungkap

Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Novel Baswedan
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

VIVA – Serangkaian aksi teror menyasar pimpinan KPK pada hari ini, Rabu 9 Januari 2019. Pengungkapan sedang dilakukan polisi dengan melibatkan personel dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror.

Benda yang diduga bom ditemukan tersangkut di pagar rumah Agus Rahardjo, di Perumahan Graha Indah, Jatiasih, Kota Bekasi. Sementara teror lain terjadi di rumah Wakil Ketua KPK, Laode Muhammad Syarif, di kawasan Kalibata Selatan RT 01 RW 03, No. 42C, Pancoran, Jakarta Selatan. Orang tidak dikenal melempar bom molotov.

Novel Baswedan, selaku penyidik senior KPK yang juga pernah mengalami aksi teror dan hingga kini belum terungkap pelakunya, angkat bicara mengenai peristiwa teror yang terjadi di rumah pimpinan KPK ini.

"Jadi memang pernah saya sampaikan ke media sebelumnya, di KPK itu teror banyak terjadi. Sekarang ini mengenai pimpinan KPK, tapi belum tahu detailnya seperti apa," kata Novel Baswedan, Rabu 9 Januari 2019.

Menurut Novel, teror yang terjadi memang selalu terkait dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai maupun pimpinan KPK. Teror yang terjadi mulai dari penyerangan, perampasan barang, penculikan sampai penyiraman air keras seperti yang dialami oleh Novel sendiri.

Namun yang sangat disesalkan Novel, banyaknya aksi teror yang menimpa pegawai KPK selama ini, tapi belum ada satu kasus yang diungkap dan terungkap dengan jelas oleh pihak kepolisian.

"Sekarang pimpinan, sebelumnya ada pegawai KPK, pernah ada beberapa diserang, salah satunya saya, sampai lima kali diserang. Ada pegawai yang pernah diculik dan barangnya dicuri. Tapi belum ada yang diungkap dan terungkap dengan jelas," katanya.

Menurut Novel, pengamanan melekat kepada pimpinan KPK memang diperlukan. Tapi hal itu tentu tidak sepenuhnya menjamin. Kata Novel, pengamanan yang lebih kuat dan penting adalah membuka dan mengungkap aksi teror ini.

"Pengamanan yang paling kuat adalah bahwa setiap penyerangan harus dibuka. Maka pelaku akan takut untuk menyerang. Kemudian akan mudah mengetahui kelompok-kelompok mana yang menyerang," katanya.

Penjagaan dan pengamanan terhadap pimpinan KPK dan pegawai KPK tentu tidak mudah juga untuk dilaksanakan. Ini karena jumlah pimpinan dan pegawai KPK sangat banyak. Karena itu, paling penting dari setiap kasus teror ini adalah pengungkapan.

"Tidak seperti sakarang, tidak ada satupun yang terungkap," katanya.

Diharapkan Novel, kasus teror terhadap pimpinan KPK ini menjadi titik tolak dan momentum bagi polisi untuk mengungkap kasus ini. Dengan serangkaian teror ini, diperlukan juga dukungan Presiden.

"Kita perlu dukungan dari Presiden. Karena ini tidak dilakukan pribadi, tapi kelompok-kelompok yang memiliki kekuatan," katanya. (oya)