Jika Ada Kurikulum Bencana, Apa Saja yang Harus Diajarkan?
- bbc
Keinginan Presiden Joko Widodo agar kementerian serta lembaga terkait meningkatkan kesiapan menghadapi bencana, salah satunya dengan memasukkan kebencanaan ke pendidikan sekolah, disampaikan dalam sidang kabinet di Istana Negara, Senin (7/1).
Pembaca BBC News Indonesia menyampaikan pro-kontra mereka soal memasukkan kebencanaan dalam kurikulum.
"Sebagai negara di tempat rawan bencana alam, ring of fire , kita harus siap merespons dan tanggung jawab menghadapi segala bencana alam. Saya minta edukasi lebih baik, konsisten dan lebih dini bisa masuk ke dalam muatan sistem pendidikan kita," ujar Presiden Jokowi.
Menurutnya, dengan masuknya edukasi dan mitigasi bencana dalam materi pendidikan di sekolah, maka Indonesia bisa lebih siap menghadapi bencana.
Selain itu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir, juga mengatakan bahwa, "Tahun ini, semua kampus, perguruan tinggi harus menjelaskan bagaimana mitigasi bencana."
Kami menanyakan pada pembaca BBC News Indonesia, apa alasannya bagi yang setuju kebencanaan masuk dalam kurikulum.
Dari jawaban-jawaban yang masuk lewat akun Instagram BBC News Indonesia, sebagian besar menyebut bahwa kesiapan menghadapi bencana masuk dalam kurikulum untuk `meningkatkan pengetahuan, kewaspadaan, mengurangi kepanikan, serta dapat meminimalisir jumlah korban`.
Ada juga yang menyebut agar paham tata cara evakuasi dan apa yang harus dilakukan bila bencana terjadi.
Pengguna media sosial menjawab, "Karena tidak semua aware (sadar) sama wilayah mana saja yang rawan dan bagaimana pencegahan/penanggulangannya." Sedangkan pengguna lain, , menulis, "Biar tumbuh rasa kemanusiaannya, jangan datang ke lokasi bencana cuma nonton aja."
Tapi ada juga pembaca yang tak setuju jika bencana masuk dalam kurikulum.
Pengguna Instagram menulis, "Pelajaran di sekolah sudah cukup padat, lebih baik diberikan waktu di luar pelajaran agar lebih fokus." Sentimen ini pun disampaikan oleh beberapa pengguna media sosial lain.
Sementara itu, berpendapat, "Sebaiknya masuk ke jenjang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi." Jawaban alternatif lain juga muncul dari @alf_maulana, yang menyebut, "Mata pelajaran identik dengan nilai, sedangkan kebencanaan lebih layak sebagai informasi."
Beberapa pengguna media sosial lain menyebut bahwa bencana tak perlu masuk kurikulum, tapi lebih baik dilakukan simulasi berkala karena praktik dianggap lebih efisien.
Apa yang Harus Diajarkan?
Tapi jika bencana benar diajarkan di sekolah, beberapa pengguna media sosial sudah punya usulan akan apa saja bahasan yang mereka anggap layak untuk disampaikan. Yang utama dan banyak disebut adalah pengenalan bencana - termasuk soal potensi, sejarah, jenis bencana, tingkat bencana, dan mengenali anomali atau apa-apa saja tanda-tanda yang bisa diprediksi.
Selanjutnya, beberapa pengguna media sosial, seperti @nimmie_cat, menyebut bahwa "cara menyelamatkan diri saat kejadian dan cara bertahan hidup pasca-kejadian" bisa masuk dalam kurikulum. Pengguna media sosial lain, @aranrann, menulis bahwa "cara evakuasi, apa yang harus dibawa, simulasi berlindung" juga bisa diajarkan, termasuk soal pertolongan pertama dalam kecelakaan, dan tindakan saat terjadi dan sesudah bencana.
Sedangkan pengguna media sosial lain, @clarissalbudianto, malah ingin materi yang lebih spesifik lagi, seperti lokasi rumah yang tepat, pengenalan bahan baku bangunan tahan bencana, cara evakuasi, sampai "kalau keluarga hilang harus gimana".
Sepanjang 2018, lebih dari lima bencana alam besar menimpa Indonesia. Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik atau Pacific Ring of Fire memang memiliki potensi bencana alam yang tinggi. Berada di gugusan gunung api dan titik pertemuan sejumlah lempengan bumi membuat Indonesia rawan diterpa amukan alam.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, hingga 14 Desember 2018 -sepekan sebelum bencana tsunami di Selat Sunda menerjang- telah terjadi 2.436 kejadian bencana di Indonesia.
Secara umum, tren bencana meningkat selama satu dekade terakhir, dan didominasi oleh bencana banjir, longsor, dan puting beliung.