Ridwan Kamil Gandeng British Council Latih Ulama Berbahasa Inggris

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bekerja sama dengan British Council.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Adi Suparman (Bandung)

VIVA – Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bekerja sama dengan British Council untuk memberikan pelatihan bahasa Inggris kepada ulama dan guru di Jawa Barat. Pelatihan ini diberlakukan sebagai persiapan para ulama di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk diberangkatkan ke luar negeri guna program dakwah.

Pelatihan bagi para ulama dan guru ini dijadwalkan mulai berjalan Maret 2019 secara digital, dengan format pelatihan Training of Trainers (ToT). 

Emil, sapaan Ridwan Kamil, menilai kerja sama ini menjadi kesempatan bagi para ulama untuk ikut berkompetisi, dalam persaingan global di bidang pendidikan keagamaan.

"Peningkatan kapasitas bahasa Inggris merupakan bagian dari cita-cita kami yang tertuang dalam slogan Jawa Barat juara lahir batin, bertujuan menjadikan Jawa Barat sebagai daerah yang kompetitif dan juara tidak hanya di bidang teknologi dan infrastruktur,” ujarnya di Kantor British Council Kebayoran Baru Jakarta, Selasa, 8 Januari 2018.

Emil menambahkan, para lulusan terbaik dari pelatihan ini akan dikirim ke negara-negara Eropa. Menurut dia, Indonesia dengan jumlah Muslim paling banyak di dunia, masih memerlukan ruang eksistensi untuk berperan dalam isu-isu global.

“Kenapa yang diundang itu dari Timur Tengah terus? Padahal kita mayoritas. Tidak hanya di sini, kita kirim ke Amerika, Inggris untuk menyiarkan Islam Indonesia yang ramah," ujarnya. 

Dia menambahkan, "Kami sangat mengapresiasi dan berterima kasih atas kontribusi Kedutaan Besar Inggris dan British Council yang telah memberi dukungan dan kontribusi penuh sehingga program ini dapat dilaksanakan."

Ketua MUI Jawa Barat Rachmat Syafe’i mengemukakan, program ini harus menjadi batu loncatan. Bahkan, Rachmat menuturkan, berkaca ke negara India, Pakistan, eksistensi ulama dari dua negara tersebut meningkat karena kemampuan bahasa Inggris beserta dengan karya ilmiah.

“Di saat waktu terus berubah, prinsip tetap tidak diubah. Saya merasa sedih, sebagai mayoritas tidak dinikmati banyak orang karena tidak bisa bahasa Inggris. Kuncinya kemauan dan kemampuan, kami berbesar hati,” katanya.