Badan Geologi Pastikan Aktivitas Gunung Anak Krakatau Mereda

Aktivitas Gunung Anak Krakatau
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

VIVA – Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan, aktivitas Gunung Anak Krakatau sejak Jumat tengah malam, 28 Desember 2018 hingga pagi ini telah mereda. Artinya, potensi erupsi besar gunung tersebut sudah sangat kecil.

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo mengungkapkan, dentuman-dentuman Gunung Anak Krakatau sejak Jumat siang tidak lagi terdengar. Sebelumnya pada 26 Desember 2018, dentuman bahkan terdengar dan terpantau mencapai 14 kali per menit.

"Trombolian mungkin masih tapi jarang. Yang paling berubah suara dentumannya hilang, dari 14 kali per menit, sekarang enggak terdengar, mungkin satu dua kali saja," kata dia di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Sabtu, 29 Desember 2018.

Namun, dia menegaskan, potensi erupsi yang kemungkinan besar lagi terjadi itu sangat tergantung dari aktivitas sesar atau patahan di sepanjang jalur Selat Sunda. Bila patahan itu terjadi, dia tidak memungkiri bahwa aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau yang memicu erupsi dan tsunami itu bisa terjadi lagi.

"Potensinya kecil untuk picu tsunami, dengan catatan kalau tidak terjadi reaktiviasi dengan struktur sesar di Selat Sunda. Ini bisa terjadi kalau tidak ada reaktiviasi struktur-struktur sesar di Selat Sunda. Itu yang enggak bisa diprediksi," ujarnya.

Meski aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau telah mereda, namun dia enggan mengatakan status bencana Gunung tersebut akan diubah, melainkan tetap berstatus siaga atau status tingkat tiga.

"Kalau masalah level biasanya gunung api enggak bisa, di mana-mana dia fluktuasi, kadang naik, turun, terus naik lagi, jadi status tidak kita tentukan secara mendadak. Karena fluktuasi itu harus dilihat tendensinya dengan logika scientific. Saya kira masih siaga," ujarnya. 

Lantaran itu, dia menyarankan, untuk tidak masuk di lingkungan kompleks Krakatau. "Kalau kita bilang level empat artinya pengungsian, semua bus, truk, bergerak. Kalau kita kan di sana enggak ada orangnya, mustinya enggak ada pengungsian di kompleks Krakataunya," ujarnya. (ase)