Cerita Duka Keluarga, Kemping di Pantai dan Jadi Korban Tsunami

Sebuah patung dinosaurus yang rusak di bibir pantai yang terdampak tsunami, kawasan Cinangka, Serang, Banten
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Satu keluarga yang merupakan pasangan suami istri dan anaknya yang masih berusia tujuh tahun, menjadi korban tsunami yang menerjang Selat Sunda. Keluarga asal Tasikmalaya, Jawa Barat, ini digulung gelombang, saat kemping di pinggir pantai, kawasan Anyer, Banten.

Korban adalah Irwan dan istrinya, Irma Komala, serta anak lakinya yang bernama M. Sabit. Mereka sengaja liburan di pantai, karena Irma sudah 10 bulan ini menetap dan bekerja di salah satu rumah sakit di Cilegon.

Sebelum kabar duka datang, Rahma Mutiara, anak pertama dari pasangan Irwan dan Irma ini sempat merasa khawatir, karena mendengar kabar isu tsunami dan erupsi Gunung Anak Krakatau.

Tidak lebih dari satu jam, kabar duka datang. Nahas, satu keluarga itu hilang, karena disapu gelombang yang ternyata tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Mumun Munawan, ibunda dari Irwan menyampaikan. Kalau suaminya yang pertama menerima kabar duka ini. Mereka tidak menyangka, kalau anak dan cucunya akan menjadi korban. Tidak menyangka, kalau anaknya itu liburan dengan menggelar tenda di pinggir pantai.

"Korban jadi tiga orang, anak saya yang suamiya, istrinya, dan anaknya yang paling bungsu. Piknik menghibur anaknya yang lagi libur sekolah. Jalan-jalan dua minggu selama liburan. Tidak ada firasat dari kejadian itu," kata Mumun, saat ditemui di rumah duka, Kamis 27 Desember 2018.

Kini, Mumun hanya berharap pemerintah peduli dengan masa depan dua cucunya yang tidak terkena musibah tsunami itu. Kata dia, baru dari polisi dari Tasikmalaya saja yang datang ke rumah mereka.

Mumun, kini hanya bisa pasrah mengenai nasib pendidikan dua orang cucunya ini. Dia tetap bersyukur, jasad anaknya dan keluarga ditemukan dan dimakamkan dengan layak di Kampung Maribaya, Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya. (asp)


Laporan: Ipung S Munawar/ Tasikmalaya