Masih Misteri, Rongga Besar di Bawah Jalan Raya Gubeng
- ANTARA FOTO/Didik Suhartono
VIVA – Hasil investigasi yang dilakukan Tim dari Laboratorium Forensik (Labfor) telah menemukan petunjuk dan menyimpulkan bahwa amblesnya badan Jalan Raya Gubeng Surabaya diduga kuat merupakan dampak dari kesalahan teknis proyek parkir bawah tanah atau bassement milik RS Siloam di sisi kiri jalan.
Tetapi selain hasil temuan tim Labfor, ada pertanyaan yang hingga kini belum terjawab, yakni ada tidaknya rongga di bawah jalan raya yang ambles itu. Dengan kedalaman 20 meter, diperkirakan ada rongga di bawah jalan yang ambles jadi perbincangan di media sosial. Semua perbedaan pendapat merujuk dari video dan foto jalan ambles yang diambil dari bagian atas dan telah tersebar di media sosial.
Secara kasat mata permukaan jalan langsung tertarik ke dalam jurang amblesan, seolah mengisi ruang kosong berongga. Publik bertanya, jika benar ada rongga di bawah jalan, apakah itu bagian dari bassement yang tengah digarap, atau memang sudah berongga karena aktivitas alamiah.
Ditanya soal itu ketika merilis soal progres penanganan Raya Gubeng di lokasi pada Kamis, 20 Desember 2018, Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Pol Luki Hermawan enggan menjawab. Dia mengatakan, tim investigasi telah melakukan gelar perkara kasus itu pada Rabu malam, 19 Desember 2018. Dugaan kuat karena kesalahan teknis pembangunan bassement milik RS Siloam.
"Progres terkait amblesnya tanah di Raya Gubeng, berdasarkan hasil gelar semalam dan hasil olah TKP dari tim Labfor Polda maupun Mabes, kami memutuskan bahwa dugaan kuat ada kesalahan teknis akibat dari pembangunan yang dilakukan oleh Rumah Sakit Siloam," kata Luki.
Petaka juga sudah diteliti oleh ahli dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Widjo Kongko dan Nur Hidayat, pada Kamis pagi, 20 Desember 2018. Survei langsung ke lokasi dan tanah sekitar yang ambles. Keduanya melihat kondisi tanah untuk mengetahui penyebab ambles sekaligus memetakan luas lahan yang juga berpotensi ambles.
Nur mengatakan, secara umum ada dua penyebab amblesnya tanah, mengacu pada kejadian serupa baik di dalam maupun luar negeri. Yakni ambles karena aktivitas alam atau kegiatan manusia.
"Kejadian tanah kolaps atau semacam sinkhole pernah terjadi di beberapa negara, baik karena alam atau aktivitas manusia," katanya.
Ambles karena faktor alam, lanjut ahli dari Pusat Teknologi Reduksi BPPT itu, biasanya terjadi di daerah tanah keras atau gamping. Biasanya terdapat rongga dan sungai di bawah tanah. Bisa juga karena dampak dari aktivitas patahan. Dua kategori di atas tidak terdapat di lokasi tanah ambles di Gubeng.
"Di Surabaya kondisi tanahnya berpasir, tidak mungkin terbentuk sinkhole. Lokasi tanah yang ambles juga bukan jalur patahan," ujar Nur.
Faktor kedua bisa jadi penyebab tanah ambles ialah aktivitas manusia, seperti pengeboran minyak dan gas atau proyek pembangunan. Nah, kasus di Jalan Raya Gubeng diduga kuat karena aktivitas pembangunan proyek bassement dan gedung di sisi kiri jalan.
"Dilihat sekilas sebenarnya di sisi barat (atau kiri jalan) sudah ada retakan lama dan baru," kata Nur.
Karena masih terdapat retakan, Nur mengatakan sangat mungkin tanah di sisi barat sekitar proyek terjadi longsoran atau amblesan susulan. Dia mengaku akan melihat juga di sisi timur atau kanan jalan. Ditanya soal rongga di bawah jalan raya, Nur juga enggan menjelaskan.
Sebelumnya, Jalan Raya Gubeng Surabaya mendadak ambles pada Selasa malam, 18 Desember 2018, sekira pukul 21.45 WIB. Permukaan jalan tersedot ke dalam jurang sedalam 20 meter akibat amblesan tersebut. Diduga kuat, tanah ambles karena aktivitas proyek bassement di sisi kiri jalan. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. (mus)