Kronologi Kecelakaan Novelis NH Dini di Tol Semarang
- VIVAnews/Muhamad Solihin
VIVA – Novelis legendaris Nurhayati Sri Hardini alias NH Dini meninggal dunia setelah kecelakaan di tol Semarang pada Selasa, 4 Desember 2018. Perempuan berusi 81 tahun itu meninggal setelah mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Elisabeth Semarang.
Menurut Kepala Satuan Lalu Lintas Polrestabes Semarang, Ajun Komisaris Besar Polisi Yuswanto Ardi, kecelakaan mobil Avanza yang ditumpangi Dini terjadi pukul 11.15 WIB. Saat itu korban bersama sopir bernama Gilang Septian baru saja pulang usai berobat di Rumah Sakit Elisabeth.
Tiba di ruas jalan tol Kilometer 10 Gombel, mobil NH Dini melaju ke selatan dalam keadaan menanjak. Saat itu ada truk bernomor polisi AD-1536-JU yang mengalami kendala mesin dan mundur.
"Ada dugaan sopir truk tidak menguasai medan. Saat melaju jalan menanjak tidak kuat dan mundur mengenai mobil korban NH Dini," kata Ardi saat dikonfirmasi wartawan.
Polisi menduga truk yang mundur mengalami kerusakan. Pengemudi Avanza, Gilang Septian, dan NH Dini kemudian dibawa ke Rumah Sakit Elisabeth Semarang untuk mendapatkan perawatan. Namun nyawa novelis ternama itu tak tertolong akibat luka di kepala dan kaki kanan.
Polisi sudah mengolah lokasi kecelakaan, sementara sopir truk yang mencelakai NH Dini ditahan dan diinterogasi.
Pejabat Hubungan Masyarakat RS Elisabeth Probowatie Tjondro Negoro menjelaskan bahwa NH Dini meninggal pukul 16.30 WIB setelah mendapatkan perawatan intensif dokter.
"Benar, saya baru mendapatkan informasi meninggalnya NH Dini. Beliau sempat dibawa ke IGD juga ke MRI dan periksa saraf tapi akhirnya meninggal," kata Probowatie.
Kematian NH Dini menjadi duka mendalam, terutama bagi dunia kesusastraan Indonesia. Perempuan yang tinggal di Panti Bruder Wisma Lansia Harapan Asri Banyumanik itu dikenal tak pernah berhenti berkarya sejak usia belia hingga akhir hayatnya.
Kariernya dalam dunia kesusastraan Tanah Air dimulai saat dia mengirim sajak Prosa Berirama yang disiarkan di Radio Republik Indonesia. Ia lalu melanjutkan kariernya membuat cerita pendek hingga menulis panjang. Karya pertamanya berjudul Hati yang Damai kemudian Pertemuan Dua Hati (1989).
Ciri khas novel-novel NH Dini adalah tokoh utamanya yang hampir selalu perempuan. Seperti Pada Sebuah Kapal (1973), La Barka (1975), Keberangkatan (1977), serta Namaku Hiroko (1977). Pada 2017, NH Dini menerima penghargaan seumur hidup dari penyelenggara Ubud Writers and Readers Festival di Bali.