Organisasi Guru Sebut Rencana Kubu Prabowo Impor Guru Membahayakan

Ilustrasi guru mengajar di sekolah.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

VIVA – Organisasi profesi guru, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai keinginan kubu pasangan capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mengimpor guru demi meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sebagai hal yang membahayakan.

Menurut Ketua Dewan Pengawas FSGI, Retno Listyarti, keinginan yang dilontarkan Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Mardani Ali Sera, justru tidak menunjukkan keberpihakan pasangan oposisi itu terhadap guru-guru di Indonesia.

"Kita khawatir. Kalau betul-betul impor guru, itu membahayakan. Kalau kita berpihak pada guru, betul-betul memikirkan nasib guru, jangan impor guru," ujar Retno dalam konferensi pers Hari Guru Nasional (HGN) di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu, 25 November 2018.

Retno menyampaikan, kedatangan guru-guru asing tidak bisa secara otomatis dipastikan meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Bekas kepala sekolah Jakarta, yang pernah berurusan dengan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ini, berpandangan hal yang lebih tepat dilakukan adalah meningkatkan kompetensi guru-guru dalam negeri.

"Impor guru bentuk ketidakpedulian pada guru, ketidakadilan pada guru. Bukannya guru yang ada dibuat pintar, malah mau menggaji pihak lain secara besar," ujar Retno.

Sementara, menurut Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Satriwan Salim, jumlah guru di Tanah Air sendiri saat ini sudah berlebih. Dengan demikian, hal yang lebih tepat dilakukan adalah meningkatkan kompetensi mereka. Mendatangkan guru dari luar negeri akan menciptakan kompetisi yang tidak sehat di pendidikan dalam negeri.

"Dari segi kuantitas, jumlah guru secara nasional ini berlebih. Masalahnya adalah pada distribusi yang tak merata. Mengimpor guru bukan cara yang cerdas dan bijak," ujar Satriwan.