Cerita Sedih Korban Tewas Tragedi 'Surabaya Membara, Ada Bocah 9 Tahun

jenazah korban tewas tragedi drama Surabaya Membara di RSUD Soetomo
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Insiden tragis drama Surabaya Membara dari atas viaduk atau jembatan rel kereta api di Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, pada Jumat malam, 9 November 2018, telah menyebabkan tiga orang tewas saat menonton.

Dua korban tewas masih remaja, bahkan, satu korban lagi terbilang bocah. Tentu saja orangtua dan keluarga korban terpukul dan sedih atas kejadian yang menimpa buah hati mereka.

Rasa sedih itu tergambar dari raut wajah para orangtua dan anggota keluarga korban di Kamar Jenazah RSUD dr Soetomo Surabaya pada Sabtu dini hari, 10 November 2018. Awalnya, dua jenazah korban yang dibawa ke rumah sakit pelat merah itu. Yakni jenazah Erikawati (9 tahun), warga Kalimas Baru, dan jenazah Mr X, yang beberapa jam kemudian diketahui bernama Helmi Suryawijaya (13), warga Karang Tembok.

Sekira pukul 02.00 WIB, satu ambulans tiba di RSUD dr Soetomo dengan membawa jenazah korban tewas ketiga, Bagus Ananda (17), warga Jalan Ikan Gurami. Korban awalnya dirawat di RS Soewandhie.

Tiga anggota keluarganya menyusul di belakang ambulans dengan menunggangi sepeda motor. Seorang perempuan berbaju hijau tampak lemas dipapah. Matanya sembab bekas tangisan.

Yang paling terpukul bisa jadi orang tua Erikawati, Sahluki (41) dan istrinya, Liana (37). Dari rumah di Kalimas Baru, keluarga kecil itu berangkat ke Tugu Pahlawan untuk menonton drama Surabaya Membara. Sampai di lokasi, mereka mencari tempat yang tinggi agar bisa menyaksikan drama dari atas. Mereka bergabung dengan puluhan penonton lainnya di viaduk.

Sekira pukul 19.45 WIB, kereta jurusan Sidoarjo-Bojonegoro terlihat mendekat melaju pelan-pelan akan melintasi viaduk. Sama seperti penonton, Sahluki mengarahkan istri dan putrinya duduk di tepian viaduk agar tak terserempet badan kereta. Erikawati dirangkul dan didudukkan di tengah antara Sahluki dan Liana.

Saat kereta api lewat, penonton di viaduk berdesakan, berebut posisi agar tak terserempet badan si ular besi. Tiba-tiba kepanikan melanda. Sahluki dan istrinya terdorong hingga jatuh, sementara anaknya terlepas dari rangkulan.

“Saya dan ibunya (sang istri) jatuh, anak saya terserempet (kereta api),” cerita Sahluki kepada wartawan di RSUD dr Soetomo.

Sekira pukul 00.48 WIB, keluarga membawa jenazah Erikawati untuk dimakamkan di rumah kakeknya di Bangkalan, Madura.

Mr X

Cerita sedih juga tergambar dari keluarga korban meninggal dunia, Helmi Suryawijaya. Dia adalah korban tewas terlindas kereta api saat menonton drama Surabaya Membara di viaduk. Awalnya, tidak ada yang mengetahui identitas korban. Tidak ditemukan kartu identitas apa pun di pakaian maupun di dekat korban. Dia dibawa ke rumah sakit dengan label Mr X.

Sekira pukul 01.15, datang dua pria dan seorang perempuan muda ke RSUD dr Soetomo. Mereka langsung masuk ke kamar jenazah. Setelah wajah korban disingkap, pecah lah tangis si perempuan muda, Herlin Wijayanti. Si jenazah rupanya sang adik, Helmi. Herlin bahkan hampir pingsan.

Ayah korban, Harijanto (69), mengatakan Helmi pamit menonton drama Surabaya Membara setelah maghrib. Dari Karang Tembok, bungsunya itu berjalan kaki ke Tugu Pahlawan bersama teman-temannya. “Karena tak pulang-pulang, saya cari, terus ada informasi kejadian itu, saya lalu ke PHC,” tandasnya.

Di PHC, lanjut Harijanto, petugas mengabarkan ada korban meninggal dunia dengan label Mr X dan dibawa ke RSUD dr Soetomo. Berangkatlah dia ke rumah sakit pelat merah itu. Ternyata benar, jenazah Mr X tersebut adalah anaknya.

“Tidak ada firasat apa-apa, cuma saya kok merasa lemas saat anak saya berangkat, seperti mau mati,” ujarnya.

Kepolisian masih menyelidiki insiden maut tersebut. Olah tempat kejadian perkara dan permintaan keterangan sejumlah saksi sudah dilakukan, termasuk keterangan dari pihak panitia penyelenggara.

“Wawancara sudah kami lakukan terhadap penyelenggara,” kata Kepala Polrestabes Surabaya, Kombes Pol Rudi Setiawan.