Novel Bamukmin: Ada Intelijen Hitam untuk Membungkam Rizieq Shihab
- VIVAnews/Ikhwan Yanuar
VIVA – Tokoh Front Pembela Islam, Novel Bamukmin, menengarai kerja rekayasa intelijen dalam peristiwa penempelan bendera berlafaz kalimat tauhid di rumah Rizieq Shihab di Mekah, Arab Saudi.
Novel mencurigai itu berdasarkan beberapa alasan. Pertama, Rizieq bahkan tak tahu orang yang memasang atau menempelkan bendera yang diasosiasikan juga sebagai bendera Hizbut Tahrir itu di rumahnya. Lagi pula, tak mungkin Rizieq memasangnya sementara dia tahu itu bisa membuat masalah di Saudi.
Kedua, kata Novel, peristiwa itu berkaitan erat dengan beberapa kriminalisasi terhadap Rizieq di Indonesia, misal, kasus obrolan mesum pada aplikasi percakapan Whatsapp, kasus dugaan penodaan Pancasila, dan lain-lain. Tujuannya jelas, menurutnya, untuk membungkam Rizieq.
“Ini ada intelijen hitam untuk membungkam Habib Rizieq, karena Habib Rizieq masih bisa memberikan instruksi meski di Arab Saudi, agar Habib Rizieq tidak bisa memberikan instruksi kepada umat,” kata Novel dalam perbincangan dengan tvOne dalam program Apa Kabar Indonesia Pagi pada Jumat, 9 November 2018.
Ketua Media Center Persaudaraan Alumni 212 itu menuding rezim pemerintah sebagai dalang di balik rekayasa penempelan bendera tauhid di rumah Rizieq. Rezim, katanya, mulai merasa tak nyaman dengan aktivitas Rizieq yang tetap berpengaruh di Tanah Air meski kini bermukim di luar negeri.
Bagi Novel, sudah cukup jelas rekayasa penempelan bendera yang kemudian difoto dan disebarkan melalui media sosial di Indonesia itu untuk membuat kegaduhan. “Ini grand desain (rekayasa besar) untuk memprovokasi, untuk membuat resah dan gaduh di negeri ini.”
Namun tudingan Novel itu disanggah Guntur Romli, seorang politikus Partai Solidaritas Indonesia. Dia menganggap tuduhan itu terlalu mengada-ada karena berlebihan kalau menganggapnya sebagai ulah intelijen rezim pemerintah Indonesia.
Guntur malah menantang Novel untuk menyebutkan dengan lugas lembaga atau badan intelijen yang merekayasa peristiwa bendera. “Sebut saja siapa intelijennya: BIN, atau siapa?”
Novel tak menanggapi tantangan Guntur dan tetap berkukuh bahwa mustahil Rizieq yang melakukannya, sementara dia menyadari sebagai warga pendatang di Arab Saudi.
“Dia (Novel Bamukmin) enggak berani,” Guntur mencibir. (ase)