Basarnas Kontak Australia usai Dapat Kabar Lion Air Hilang Kontak
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Kepala Badan SAR Nasional atau Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi mengungkapkan bahwa aparatnya mendapat informasi pesawat Lion Air JT-610 hilang kontak dari Air Traffic Controller (ATC) pada pukul 06.50 WIB, Senin, 29 Oktober 2018.
"Menyatakan bahwa pesawat lion mengalami lost contact. Kita lihat koordinatnya tidak jauh dari Jakarta. Kalau dari Tanjung Karawang hanya 11 mil arah 33 derajat lebih," kata Syaugi dalam Indonesia Lawyers Club di tvOne pada Selasa, 30 Oktober.
Setelah mendapat informasi itu, Basarnas mengonfirmasi kepada manajemen Lion Air. Lalu Lion Air membenarkan pesawatnya hilang kontak Basarnas membentuk tim pencarian dan evakuasi, yang dibagi menjadi tim darat, tim laut, dan tim udara. Mereka langsung bekerja setelah mendapat informasi kecelakaan itu.
Syaugi mengatakan, Basarnas memiliki alat canggih, MEOLUT atau Stasiun Bumi SAR Indonesia. Alat itu dapat mendeteksi dini kejadian atau kecelakaan di laut dan di udara secara cepat dan akurat dengan sinyal.
"Lion punya ELT Emergency Local Transmitter, namun ELT tidak terdeteksi. Seharusnya pesawat di darat maupun di laut akan mentransmit atau mengirim sinyal ke alat ini (MEOLUT)," kata Syaugi.
Basarnas lalu mengecek data registrasi ELT pesawat Lion Air JT-610. Hasilnya, ELT telah teregistrasi dan tersertifikasi. Bahkan baterai dari ELT pesawat itu masih berlaku hingga Mei 2023.
"Kita tidak berhenti di situ kita juga cek ke negara yang punya alat itu, kita cek ke Australia. Itu biasa karena biasanya Australia juga seperti itu ke Indonesia. Ternyata Australia tidak mendeteksi alat itu (ELT)," ujarnya.
Setelah itu, Basarnas mengabaikan kemungkinan pesawat itu ke Australia dan aparat langsung menuju koordinat yang dilaporkan hilang kontak. Tim SAR menggunakan tiga kapal besar dan empat kapal kecil untuk mencari pada Senin pagi itu. (ren)