Kesaksian Mengerikan Penumpang Lion Air JT 610 Sebelum Jatuh
- Dok. Lion Air
VIVA – Penumpang pesawat Lion Air JT 610 tujuan Denpasar - Jakarta buka suara mengenai kondisi pesawat itu saat sebelum terbang dan tiba di Bandara Soekarno Hatta pada Minggu malam, 28 Oktober 2018.
Salah satu penumpang adalah presenter program Katakan Putus Trans TV, Conchita Caroline. Dia mengaku sangat terkejut setelah mendengar informasi bahwa pesawat yang dia tumpangi jatuh di laut Karawang, Jawa Barat, Senin pagi, 29 Oktober 2018.
Lewat Instagram Stories-nya @conchizzlin, Carolin kemudian mengungkapkan pengalamannya yang mengerikan saat terbang bersama Lion Air dari Depansar.
"Turut berduka cita atas musibah yang menimpa penumpang serta awak kabin Lion Air JT610," katanya.
Menurut Caroline, dia merasakan shock telah terbang bersama Lion Air bersama tim @katakanputus_ttv pada Minggu malam itu. Dia menceritakan, harusnya pesawat itu boarding pada pukul 18.15 Wita, tapi baru berangkat pada pukul 19.30.
Saat lama menunggu take off, mesin pesawat sempat beberapa kali mati. Pendingin dalam kabin juga mati. Pesawat sempat menuju runway tapi karena ada kesalahan teknis, akhirnya pesawat kembali lagi ke apron bandara.
"Pesawat parkir selama kurang lebih 30 menit dengan kondisi banyak orang dan anak kecil kekurangan oksigen (ada yang muntah) saking panasnya (AC mati, deru mesin terdengar berbeda dan lantai pesawat terasa panas banget entah pengaruh mesin atau apa) tanpa adanya penjelasan dari awak kabin apa sebenarnya masalah yang dihadapin," katanya.
Dengan kondisi itu, banyak penumpang protes dan memaksa agar pintu pesawat dibuka. Barulah kemudian awak kabin mengizinkan sebagian penumpang keluar untuk mencari udara segar. Caroline mengaku yang terakhir ikut keluar dari pesawat karena dia yakin masalah itu bisa diselesaikan.
"Gue masih yakin masalah bisa diselesaikan dan keluar pesawat hanya akan memperparah situasi. Tapi 15 menit berselang, tetap ngga ada penjelasan dari pihak maskapai sementara suhu dalam pesawat main meningkat sampe gue ngga kuat duduk diem didalamnya," katanya.
Setelah mayoritas penumpang ada di luar pesawat, tetap belum ada penjelasan dari Lion Air terkait dengan kondisi pesawat. Selain itu, petugas Bandara Ngurah Rai juga tidak bisa memberi penjelasan kepada penumpang. Setelah cukup lama, penumpang kemudian diminta masuk pesawat.
"Setelah cukup lama, tiba-tiba para penumpang dipaksa masuk karena katanya enggine checking. Trial. Percobaan," katanya.
Caroline merasa marah karena sebagai penumpang yang telah membayar tiket, dia punya hak untuk mempertanyakan keamanan pesawat. Karena itu, bila masih percobaan, kenapa harus memasukkan penumpang. Padahal shuttle bus sudah siap untuk mengangkut penumpang kembali ke bandara.
"Setelah semua penumpang dipaksa masuk kembali, duduk ditempat masing-masing dengan kondisi AC masih tidak menyala & badan kapal super panas, sempat ada pengumuman bahwa pesawat akan take off," katanya.
Saat pesawat menuju ke runway, dia dan penumpang lain merasa tidak yakin dan tidak tahu apa yang terjadi dengan pesawat dan apa yang sedang coba diperbaiki. Banyak penumpang yang marah dengan kondisi di dalam pesawat yang kondisinya sangat panas dan kurang oksigen. Tapi tetap tidak ada penjelasan dari kru cabin.
"Kita tetap dibawa menuju runway sampai akhirnya take off dengan suara mesin yang berbeda dari biasanya, khususnya di sisi sebelah kanan badan pesawat. Suara mesin pun ngga mengalami perubahan selama penerbangan, tetap menderu-deru aneh," katanya.
Menurut Caroline, inti dari ceritanya adalah dia sangat menyayangkan komunikasi buruk pihak maskapai Lion Air dengan para penumpangnya. Cara Lion Air memperlakukan penumpangnya sangat tidak baik. Dia merasa ada masalah pada pesawat yang sengaja ditutup-tutupi dan tidak ada penjelasan.
"Sekali lagi, gue turut berduka atas musibah yang menimpa pesawat JT610 pag tadi. Semoga keluarga korban diberikan ketabahan. Dan semoga ini bisa jadi pengingat buat kita untuk selalu bersyukur atas hidup & rezekiNya yang masih terus kita nikmati," katanya.
Caroline menegaskan, apa yang disampaikan untuk berbagi pengalaman agar maskapai Lion Air mengevaluasi performa pesawatnya. Dia juga tidak ingin jadi populer karena menceritakan masalah ini.
"Karena menurut saya ini musibah & bukanlah sebuah sensasi. Terimakasih yang sudah memahami maksud instastory saya & menyampaikan pemikirannya. Semua saya terima & hargai," katanya.
Penumpang lain dari pesawat Lion Air JT 610 yang terbang dari Denpasar bernama Alon Soetanto juga mencerita pengalaman mengerikan saat terbang bersama pesawat yang akhirnya nahas itu.
"Delay 2 jam, setelah terbang 3-8 menit pesawat seperti kehilangan tenaga. Beberapa kali seperti mengalami penurunan daya. Di belakang ada penumpang muntah-muntah, di dalam kabin terasa sangat mencekam," katanya.
Kata Alon Soetanto, selama penerbangan yang tidak nyaman itu, dia terus memegang kursi pesawat. Bahkan menurutnya, lampu indikator seat belt terus menyala selama penerbangan.
"Terbang tidak stabil. Saya merasa empat pramugari pesawat juga terlihat seperti ada yang tidak beres. Itu menurut saya," katanya.
Sementara itu pengamat penerbangan yang juga pilot senior, Shadrach M Nababan menyampaikan, apa yang disampaikan penumpang tidak bisa dikaitkan dengan kecelakaan JT 610 di Karawang pada Senin pagi, 29 Oktober 2018.
"Informasi penumpang tentu sangat terbatas. Harus melihat data record penerbangan dan kondisi pesawat," katanya.
Menurut dia, kecelakaan yang menimpa JT 610 tentu bisa saja disebabkan karena cuaca atau karena faktor internal pesawat. Tapi apa yang dialami pesawat itu pada malam sebelumnya saat terbang dari Denpasar menuju Jakarta tidak bisa dikaitkan dengan kecelakaan.
"Kalau bukan faktor cuaca tentu faktor internal. Atau kombinasi masalah sebelumnya dan yang lain-lain. Kejadian semalam tidak bisa dikaitkan dan ada hubungannya," katanya.
Baca juga:
Lion Air Yang Jatuh Alami Kendala Teknis Saat Terbang dari Denpasar