Hujan Buatan Diklaim Sukses Besar Kurangi Titik Api di Sumsel
- VIVA/Sadam Maulana
VIVA – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi atau BPPT mencegah dan mengurangi kebakaran hutan dan lahan, di antaranya dengan memaksimalkan teknologi modifikasi cuaca.
Menurut Kepala Bidang Pelayanan Teknologi Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca BPPT, Sutrisno, upaya itu kian intens karena Sumatera Selatan, sedang dalam puncak musim kemarau.
Teknologi modifikasi cuaca (TMC) diharapkan, dapat mencegah atau mengurangi potensi kebakaran hutan dan lahan, sehingga tidak sampai meluas dan mengakibatkan kabut asap.
"Sekitar sepuluh hari kondisi cuaca di Sumatera Selatan kering, bahkan TMC kesulitan menemukan awan untuk disemai untuk menjadi hujan," katanya di Palembang pada Senin, 15 Oktober 2018.
Karena sempat terkendala, kelembapan tanah menurun drastis, sehingga jumlah hotspot atau titik api meningkat signifikan.
Kondisi langsung berbalik sejak 7 Oktober 2018, dan potensi cuaca mulai membaik. Penyemaian awan bisa dilakukan maksimal dan hujan mulai turun.
"Sejak dua pekan ini dilakukan penyemaian pada awan-awan potensial. Hasilnya selama seminggu terakhir hujannya cukup banyak dan hampir merata. Dalam beberapa hari ini juga sempat terjadi hujan lebat," ujarnya.
Demi memaksimalkan TMC, BPPT dua kali terbang menyemai garam di atas awan Sumatera Selatan. Penyemaian serupa terus dilakukan hingga memasuki musim hujan.
"Sampai kapan pastinya melakukan TMC belum tahu, biasanya akan ada evaluasi BPBD, BPPT, BMKG dan instansi terkait lainnya untuk melihat kondisi hotspot, cuaca saat ini dan prediksi ke depan perkembangannya seperti apa," kata Sutrisno.
Menurut dia, kondisi itu dipakai sebagai pertimbangan TMC masih harus lanjut atau harus berhenti. Namun BPPT meyakini akan tetap melakukan TMC beberapa hari ke depan karena diprediksi awan penghujan cukup mendukung.