Imam Besar Masjid Istiqlal: Gempa dan Tsunami di Palu Bukan Azab

Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar (kanan), usai meresmikan Masjid At Taqwa di kompleks Universitas Pancasila, Jakarta, pada Kamis, 4 Oktober 2018.
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, menyatakan bahwa rangkaian bencana alam yang melanda Indonesia akhir-akhir ini bukanlah azab melainkan musibah. Dia mengimbau masyarakat berhati-hati dalam membuat kesimpulan atas berbagai peristiwa alam itu.

“Yang bilang azab keliru. Yang ada musibah, kalau azab itu, kan, hanya menimpa orang-orang kafir, orang beriman tidak. Tapi kalau musibah menimpa keduanya. Fungsi musibah itu untuk menguji keimanan kita,” katanya saat ditemui usai meresmikan Masjid At Taqwa di kompleks Universitas Pancasila, Jakarta, pada Kamis, 4 Oktober 2018.

Setiap musibah, kata Nasaruddin, merupakan sebuah ujian Tuhan. Dia mengibaratkan seorang pelajar yang wajib mengikuti ujian ketika hendak naik kelas. Begitu juga umat manusia mesti menganggap musibah sebagai ujian kehidupan agar makin meningkatkan ketakwaan.

Makin tinggi kelas yang akan dicapai setiap manusia, Nasaruddin bertamsil lagi, tingkat ujiannya pun kian berat atau kian sulit. "Makin berat ujian itu, maka makin tinggi kelas yang kita peroleh,” ujarnya.

Dia berharap keberadaan tempat ibadah, terutama masjid, dapat lebih dioptimalkan. Salah satu contohnya adalah dengan kehadiran Masjid At Taqwa di kompleks kampus Universitas Pancasila itu.

“Karena ini masjid kampus, diharapkan jadi trendsetter. Ini perpaduan antara kecerdasan intelektual dan spiritual. Jika itu dilakukan, insya Allah akan melahirkan umat ideal yang memberikan keseimbangan pandangan hidup,” katanya.

Dia mengingatkan, masjid mesti menjadi pusat segala aktivitas intelektual mahasiswa maupun seluruh civita academica Universitas Pancasila. "Jangan jadikan masjid hanya untuk salat, mubazir. Tapi manfaatkanlah untuk diskusi dan hal lainnya yang positif,” katanya.

Pusat kajian Pancasila

Di tempat yang sama, Ketua Yayasan Universitas Pancasila, Siswono Yudo Husodo, mengatakan bahwa masjid yang dibangun di lahan seluas 2.750 meter persegi itu juga akan jadi pusat kajian Pancasila.

“Jadi, seperti yang disampaikan Pak Kiai tadi, masjid tidak semata untuk ibadah, tapi ada tempat diskusi. Lantai dua ada ruang anak dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya,” katanya.

Dalam waktu dekat, katanya, Universitas juga membangun sejumlah tempat ibadah seperti gereja, vihara dan pura, yang lokasinya masih di area kampus. Juga gedung khusus untuk pusat bisnis sebagai tempat para mahasiswa belajar berwiraswasta.

Menurut Rektor Universitas Pancasila, Wahono Sumaryono, pembangunan sejumlah tempat ibadah itu adalah simbol dari keberagaman bangsa yang disatukan oleh Pancasila. “Kita akan menjadi pancasilais kalau menghormati agama lain,” katanya. (ase)