70 Hektare Taman Nasional Bromo Tengger Semeru Terbakar 

Api melahap lahan Taman Nasional Gunung Semeru.
Sumber :
  • VIVA/Lucky Aditya

VIVA – Kebakaran hebat terjadi di Padang Savana dan Bukit Teletubies di kawasan Gunung Bromo, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Api melahap sekitar 70 hektare lahan taman nasional.

Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru John Kenedie mengatakan kebakaran pertama kali diketahui pada Sabtu, 1 September 2018 sekira pukul 09.45 WIB. Kebakaran awal terjadi di daerah Plentongan.

"Sabtu kita sudah mengupayakan tapi angin kencang dan api menyambar secara sporadis. Ada 263 titik api, membakar sekitar 65 sampai 70 hektare," kata John Senin, 3 September 2018.

John mengatakan pemadaman dilakukan dengan cara manual. Balai besar taman nasional menerjunkan 150 personel gabungan di hari pertama. Di hari kedua personel tambahan dikerahkan dari jajaran TNI dan Polri karena api begitu cepat menyambar ke padang Savana.

"Menyebar kita antisipasi jangan sampai ke kawasan Jemplang. Karena itu tempat flora fauna endemik, jangan sampai api naik ke atas. Akhirnya kita blokir sehingga yang terbakar teletubies dan savana dengan membuat sekat bakar," tutur John.

John mengatakan total personel yang diterjunkan hingga saat ini mencapai 320 orang. Mereka bertugas memadamkan di beberapa titik inti diantaranya, Jemplang, Watu Gede, Savana, Bukit Telletubies, dengan menggunakan 5 unit Bigbon, dan satu unit kendaraan pengangkut air.

"Dan allhamdulilah bisa di blokade, tadi pagi saya ke bagian atas api tebal sekali sehingga mudah terbakar. Tadi pagi sudah tinggal 18 titik, dan pemadaman berlanjut hingga kini tinggal 3 titik," ujar John.

Akibat kebakaran hebat di kawasan Bromo, pintu masuk wisatawan sempat ditutup pada Minggu kemarin, 2 September 2018. Karena api dikhawatirkan mengancam wisatawan. Kebakaran ini merupakan yang terbesar di kawasan Bromo sejak 4 tahun terakhir.

"Saya perintahkan tim tidak pulang tetap menginap disana, mudah-mudahan besok padam cuaca mendukung tidak panas dan angin tidak kencang. Ini terbesar, karena terakhir kebakar 4 tahun yang lalu," kata John. (ren)