Pejabat Australia Takut Teroris, Acara di Universitas Airlangga Batal

Ilustrasi/Densus 88 menangkap terduga teroris.
Sumber :
  • VIVAnews/Fajar Sodiq

VIVA – Pejabat Konsulat Jenderal Australia di Surabaya batal hadir pada acara peresmian #AussieBanget Corner di kampus Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur pada Kamis, 23 Agustus 2018. Hal itu terjadi karena adanya peringatan dari pemerintah Australia tentang potensi serangan kelompok teroris. 

Memang pada Kamis sekira pukul 16.00 WIB acara #AussieBanget Corner di kampus Unair dan akan dihadiri oleh pejabat Konsulat Jenderal Australia di Surabaya, Chris Barnes. VIVA juga memperoleh undangan acara itu melalui e-mail. Namun setelah itu disebutkan bahwa pihak Konsul Australia batal menghadiri acara itu.

Beredar kabar pembatalan kehadiran oleh pihak Konsul Australia karena adanya peringatan tentang potensi serangan teroris di Indonesia. 

"Karena kekhawatiran keamanan yang meningkat, staf di Konsulat Jenderal Australia di Surabaya tidak akan menghadiri acara di Universitas Airlangga di Surabaya pada 23 Agustus," demikian bunyi peringatan itu. 

Juru bicara Unair, Suko Widodo membenarkan soal batalnya kehadiran pihak Konsulat Jenderal Australia di acara #AussieBanget Corner yang akan digelar di gedung perpustakaan. Suko juga membenarkan alasan ketidakhadiran karena peringatan soal potensi gangguan keamanan dari kelompok teroris. 

"Pada sekitar jam 8.45 kami menerima informasi semacam rilis dari rekan media Australia tentang peringatan keamanan, security warning yang bersumber dari Public Affairs Canberra. Salah satu pesan yang tercantum adalah bahwa pihak Konsulat Australia akan tidak hadir dalam acara yang mestinya diselenggarakan jam 16.00," kata Suko dalam keterangan tertulis diterima VIVA

"Pihak kami telah menyampaikan keberatan mendalam atas pembatalan tersebut karena menurut kami situasi dan kondisi kampus dan juga Kota Surabaya sangat aman namun karena pihak Konjen Australia juga keberatan hadir karena informasi dari Canberra tersebut akhirnya acara yang direncanakan ditiadakan," katanya. 

"Pada sore sekitar jam empat, kami peroleh berita tentang indikasi adanya bom dari kedutaan Amerika. Mereka berpendapat ada indikasi ancaman bom tapi tidak jelas lokasinya. Atas semua informasi simpang siur tersebut, kami telah berkoordinasi dengan pihak aparat Kepolisian," lanjut dia.

Hingga Kamis malam, tidak ada kejadian gangguan keamanan apa pun terjadi di Surabaya seperti dikhawatirkan pemerintah Australia. "Seharusnya Australia keluarkan (peringatan) itu dengan masukan dari otoritas keamanan (Indonesia) yaitu Polri. Ini sama sekali tidak ada," kata Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol. Frans Barung Mangera soal hal tersebut.