Pawai TK Bercadar di Probolinggo Jadi Polemik, Kepala Sekolah Dicopot

Dinas Pendidikan Kota Probolinggo saat menyampaikan soal kasus pawai siswa TK bercadar.
Sumber :
  • Polda Jatim

VIVA – Hartatik dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Sekolah TK Kartika V-69 Kota Probolinggo gara-gara pawai siswanya dengan cadar dan mendekap replika senjata laras panjang jadi polemik. Dengan sanksi itu, Kepolisian berharap publik tidak memperpanjang masalah.

Pencopotan Hartatik dari jabatan Kepala Sekolah TK Kartika V-69 berdasarkan hasil penyelidikan oleh Dinas Pendidikan setempat. Dari keterangan diperoleh bahwa tidak ada unsur kesengajaan oleh pengelola sekolah untuk mempertontonkan unsur radikalisme dari kostum siswanya saat berpawai, sebagaimana diributkan oleh publik. 

"Keterangan sanksi itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Probolinggo Kota, Bapak Mochammad Maskur. Yang bersangkutan (Hartatik) dinilai hanya lalai dalam kasus ini," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur, Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera, kepada wartawan di Surabaya pada Rabu, 22 Agustus 2018.

Hartatik, katanya, dipindahtugaskan ke Dinas Pendidikan. Dia memastikan bahwa polisi tidak menindaklanjuti kasus itu secara hukum, termasuk pada pengunggah video yang bikin geger publik itu. "Dengan sanksi itu, kami berharap polemik soal pawai itu selesai," ujarnya. 

Kasus ini bermula setelah video siswa TK berbusana serba hitam dan mendekap replika senjata laras panjang terunggah di media sosial pada Sabtu, 18 Agustus 2018. Siswa yang tergambar di video itu ialah satu di antara 150 sekolah peserta pawai budaya PAUD/TK se-Kota Probolinggo oleh Dinas Pendidikan setempat. Publik mengaitkan itu dengan radikalisme.

Hartatik telah meminta maaf kepada publik atas peristiwa itu. Dia membantah bahwa penggunaan kostum ke anak didiknya bertujuan untuk mendukung, maupun mengarah ke salah satu kelompok radikal tertentu.

"Kami meminta maaf karena penggunaan atribut itu merefleksikan perjuangan Rasulullah, dan tidak ada maksud mengarah ke simbol-simbol radikalisme," kata Hartatik beberapa waktu lalu.