Korban Masih Trauma Gempa Susulan Lombok
- Istimewa
VIVA – Korban luka-luka gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) dilaporkan masih trauma terhadap bangunan seperti rumah sakit. Trauma ini karena korban khawatir gempa susulan terjadi saat di rumah sakit.
Ketua Majelis Pertimbangan Anggota Bulan Sabit Merah Indonesia (BSMI), Basuki Supartono mengatakan korban lebih nyaman ditangani tim medis di tenda pengungsian daripada di rumah sakit.
"Mereka trauma dan khawatir adanya gempa susulan. Korban gempa lebih nyaman berada di tenda-tenda pengungsian," kata Basuki, dalam keterangannya, Rabu, 15 Agustus 2018.
Basuki menambahkan banyak korban gempa yang bermasalah dengan tulang enggan dilakukan tindakan operasi. Para korban beralasan khawatir dengan adanya biaya tindakan medis. Padahal, disediakan posko dengan tindakan medis gratis seperti yang digelar BSMI dengan mendirikan RS Lapangan.
Untuk mengantisipasi bantuan terhadap korban maka di RS Lapangan akan didirikan ruang Unit Gawat Darurat (UGD), rawat inap, dan rawat jalan. Menurutnya, hal ini juga sudah dikoordinasikan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Kami sudah berikan pemahaman jika tindakan medis di RS Lapangan semuanya gratis. Harus ada tindakan operasi bagi pasien kasus tulang," tutur Basuki yang merupakan dokter spesialis orthopedhi tersebut.
Kemudian, Basuki menyebut untuk korban gempa yang menjadi pasien tulang merupakan persoalan tersendiri. Ia menjelaskan, dari penyisiran relawan BSMI ditemukan korban gempa bermasalah dengan tulangnya. Salah satunya diduga karena terkena puing bangunan saat gempa.
"Medan evakuasi cukup berat terutama yang ada di bukit. Setiap hari relawan kita menyisir daerah-daerah yang sulit," jelas Basuki.
Adapun korban gempa Lombok sejauh ini terus bertambah menjadi 460 orang tewas. Gempa Lombok ini setidaknya menyebabkan 7.773 orang luka-luka. Selain itu, 417.529 jiwa harus mengungsi ke ribuan lokasi pengungsian.