Jumlah Korban Tewas Gempa Lombok Simpang Siur
- abc
Kantor berita Antara menyebutkan jumlah korban tewas akibat gempa di Pulau Lombok telah meningkat menjadi 347 orang.
Gempa berkekuatan 6,9 Skala Richter yang terjadi hari Minggu (5/8/2018) menyebabkan puluhan ribu penduduk kehilangan tempat tinggal seta ribuan turis terlantar di bandara.
Bantuan dilaporkan telah menjangkau daerah-daerah terpencil sementara kemarin tim penyelamat mengintensifkan upaya menemukan korban yang berada di bawah reruntuhan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan jumlah korban tewas 131 orang, namun lembaga pemerintah lainnya termasuk militer melaporkan angka yang jauh lebih tinggi.
Gubernur NTB, militer, tim SAR dan Bupati Lombok Utara mengeluarkan angka korban yang berbeda-beda, mulai dari 226 hingga 381 orang.
Namun Sutopo Purwo Nugroho dari BNPB menegaskan informasi dari sumber-sumber tersebut tidaklah lengkap dan belum diperiksa apakah terjadi duplikasi.
Sebelumnya dia mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan meningkat.
Menurut Sutopo, pertemuan antarinstansi akan digelar hari Kamis (9/8/2018) untuk menyelaraskan informasi mengenai jumlah korban.
Facebook meminta maaf
Sementara itu di media sosial, pihak Facebook meminta maaf karena adanya settingan otomatis yang menampilkan balon konfeti untuk setiap postingan yang mengandung kata "selamat" terkait bencana Gempa Lombok.
Banyak pengguna Facebook di Indonesia menulis pesan menggunakan kata "selamat" untuk mengabarkan "selamat dari bencana", namun settingan Facebook secara otomatis menampilkan balon konfeti, seakan-akan menunjukkan "selamat" yang bermakna "perayaan kegembiraan atau keberhasilan".
"Fitur tersebut tersedia di Facebook secara global," kata juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan.
"Namun kami menyesal bahwa hal itu muncul dalam konteks ini. Sejak itu kami mematikan fitur tersebut secara lokal," tambahnya.
Banyak pengguna Facebook yang berada di Lombok menggunakan fitur yang memungkinkan mereka memberi tahu teman dan keluarganya bahwa mereka dalam kondisi aman.
Namun menurut Siane Monreal dari Palang Merah Internasional (ICRC), perusahaan medsos seharusnya mengambil bertindak lebih baik ketika merancang fitur-fitur medsos yang terkait dengan bencana alam.
"Bayangkan bila Anda menunggu kabar berjam-jam dari kerabat. Mengkhawatirkan yang terburuk. Lalu melihat di Facebook mereka baik-baik saja dan kemudian muncul fitur balon-balon itu," katanya.
"Jelas itu bukan suatu perayaan. Sangat tidak pantas," ujarnya.
Reuters/AP