Sudah Delapan Ikan Arapaima Raksasa Ditangkap Warga

Ikan Arapaima raksasa yang ditangkap warga di Sungai Brantas.
Sumber :
  • Foto: Kades Mliriprowo, Notodiharjo, untuk VIVA

VIVA – Warga Desa Mliripprowo, Kecamatan Tarik, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus melakukan perburuan terhadap ikan raksasa Arapaima di aliran Sungai Brantas hingga Selasa siang, 26 Juni 2018. Hingga kini, sudah delapan ikan Arapaima sepanjang 150-170 sentimeter yang berhasil ditangkap oleh warga setempat.

"Bukan satu ikan, tapi sampai sekarang sudah delapan ikan raksasa ditangkap warga," kata Kepala Desa Mliripprowo, Notodiharjo, dihubungi VIVA.

Dia menjelaskan, Desa Mliripprowo berada di sisi barat perbatasan Sidoarjo-Mojokerto. Desa itu berada di bibir Sungai Brantas. Warga di sana biasa mencari ikan tawar karena itu banyak perahu kecil parkir di sungai.

"Banyak warga kami yang biasa mencari ikan di Brantas," ujar Notodiharjo.

Saat ini, sejumlah petugas dari Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur sudah berada di lokasi untuk melakukan peninjauan secara langsung atas temuan itu. "Kami di sini kaget saja setelah tahu ada rombongan ikan besar di sungai sini. Dari kecil sampai sekarang, baru kali ini saya lihat ikan sebesar itu di Sungai Brantas," ujar Notodiharjo.

Sebelumnya, Education Program Ecoton, Agus Kristanto Nugroho, menjelaskan bahwa habitat asli Arapaima ialah di sungai-sungai Brasil dan Peru. Merujuk Wikipedia, ikan tersebut bisa tumbuh sepanjang tiga meter dan berat 200 kilogram. Agus menuturkan, Arapaima adalah ikan predator, karenanya bisa jadi memangsa ikan lokal.

Selain di Tarik, Agus mengatakan, temuan ikan serupa juga pernah terjadi di sungai yang membentang di Dusun Banjarmelati, Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto. Sungai itu satu aliran dari Sungai Brantas, yang juga mengaliri sungai lokasi penangkapan Arapaima di Sidoarjo.

Agus menduga, Arapaima tersebut mulanya adalah peliharaan warga yang terlepas lalu berkembang biak. Dia mengimbau, agar warga yang menangkap tidak melepas kembali ke sungai, karena ikan tersebut jenis predator. Ecoton juga berkoordinasi dengan kepala desa sekitar sungai soal itu.

"Itu bisa merusak ekosistem Sungai Brantas," ujarnya.