JK: Berkat Islam, Orang Aceh dan Bugis Bersahabat
- VIVA / Fajar GM
VIVA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut bahwa semangat nasionalisme yang merupakan perwujudan dari sikap cinta Tanah Air, adalah merupakan bagian dari sikap iman seorang Muslim kepada Islam.
JK mengutip pemikiran modernisme ulama Syekh Rasyid Ridha atas bermunculannya semangat nasionalisme dalam menentang kolonialisme di dunia pada abad ke-20.
"Iman seseorang Muslim tidak lengkap jika dia tidak mencintai tanah airnya,” ujar JK, berpidato saat menerima gelar doktor kehormatan dari Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip dari keterangan Sekretariat Wakil Presiden, Sabtu, 23 Juni 2018.
Meski demikian, menurut JK, iman sejatinya adalah sikap wajib seorang Muslim atas agama dan Penciptanya. Sementara nasionalisme, hanya merupakan salah satu perwujudan dari sikap iman itu.
JK meminta supaya keduanya tidak disejajarkan, apalagi dipertentangkan, karena derajat antara iman dan nasionalisme tentu tidak sama.
"Mempertentangkan keduanya jelas tidak menguntungkan bagi kehidupan kita sebagai umat Muslim, dan sekaligus sebagai warga Tanah Air Indonesia.” ujar JK.
JK lantas mengungkap peran keimanan terhadap tumbuhnya sikap nasionalisme di Indonesia saat masa penjajahan. Iman terhadap Islam adalah salah satu faktor kaum Muslim yang berasal dari daerah-daerah yang terjajah di Hindia Belanda dahulu merasa memiliki kesamaan.
Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan antar sesama Muslim) itu lantas menjadi pendorong munculnya ukhuwah wathaniyah (persaudaraan antar sesama warga Tanah Air) yang menjadi modal kuat mengusir penjajah dari Indonesia.
"Berkat Islam, orang-orang dari suku Aceh, misalnya, merasa dekat dan bersahabat dengan orang-orang dari suku Bugis atau Makassar, dan seterusnya antar suku-suku lain di Nusantara," ujar JK.