Keraton Yogyakarta Gelar Grebeg Syawal, Ribuan Warga Datang

Keraton Yogyakarta menggelar ritual Grebeg Syawal, Jumat, 15 Juni 2018.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Daru Waskita (Yogyakarta)

VIVA – Keraton Yogyakarta menggelar ritual Grebeg Syawal untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1439 H, Jumat, 15 Juni 2018. Kegiatan ini sudah ratusan tahun digelar oleh Keraton Yogyakarta.

Sebanyak tujuh gunungan Grebeg Syawal dikeluarkan dari Keraton Yogyakarta. Lima gunungan diperebutkan di halaman masjid Gedhe Kauman. Selain itu, masing-masing satu gunungan diperebutkan di halaman Kepatihan, Pemda DIY, dan lapangan Swandanan Puro Pakualaman, Yogyakata.

Keluarnya tujuh gunungan dalem dikawal pasukan gajah dan pasukan berkuda Keraton Yogyakarta. Pasukan berkuda mengawal lima gunungan yang menuju masjid Gede Kauman dan Kepatihan Pemda DIY. Sedangkan pasukan gajah mengawal satu gunungan yang menuju lapangan Swandanan, Puro Pakualaman.

Prosesi keluarnya gunungan dalem baru dimulai pukul 10.00 WIB. Namun sejak pukul 08.00 WIB atau usai salat Idul Fitri, ribuan orang sudah berduyun-duyun mendatangi Alun-alun Utara, tempat berlangsungnya upacara garebek gunungan.

Keluarnya gunungan dalem dipimpin langsung oleh Mangalayudha, GBPH Yudhaningrat. Keluarnya gunungan diawali dengan keluarnya sepuluh bergada Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Disusul dibelakangnya tujuh gunungan yang bakal diperebutkan di tiga tempat tersebut.

Lima gunungan lantas dibawa menuju halaman masjid Gedhe Kauman, untuk diperebutkan. Usai didoakan, ribuan orang yang sudah menunggu sejak pagi langsung berebut sesaji yang ada dalam gunungan tersebut.

Sedangkan dua gunungan dari rungin kurung terus ke utara, satu menuju Kepatihan Pemda DIY dan satu menuju lapangan Swandanan Puro Pakualaman. Di dua lokasi ini masing-masing gunungan ludes diperebutkan massa yang sudah menunggu sejak pagi.

''Kulo mriki namun bade tumut ngrayah gunungan. Sesaji meniko bade kulo ge nolak bala saking serangan hama wereng. (Saya datang ke sini ingin turut berebut gunungan. Sesaji ini untuk tolak bala dari hama wereng)," kata Jono, warga Kecamatan Kasihan, Bantul. 

Hal senada disampaikan Parjiem asal Desa Minggir, Kabupaten Sleman. Ia mengaku hampir tiap tahun selalu menyempatkan diri untuk turut memeriahkan upacara Grebek Keraton Yogyakarta.  ''Hampir tiap tahun saya selalu menyempatkan diri datang melihat upacara Garebek untuk berebut sesaji,'' katanya.