Tangkal Radikalisme, Ketua DPR Minta Intel Masuk Kampus
- ANTARA FOTO/Didik Suhartono
VIVA – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Bambang Soesatyo meminta Badan Intelijen Negara masuk ke kampus-kampus. Hal ini dikatakan Bambang menyusul data yang didapat pemerintah terkait sejumlah pergurun tinggi yang mahasiswanya sudah terpapar radikalisme.
"Saya mendorong Komisi I untuk menggerakan BIN untuk menyebar ke kampus apakah informasi itu benar adanya atau hanya isapan jempol," kata pria yang akrab disapa Bamsoet, Selasa, 12 Juni 2018.
Bambang mengatakan pihaknya bakal mengkaji lagi data yang diberikan pemerintah terkait mahasiswa yang terpapar radikalisme. DPR, kata Bamsoet, akan mendorong Komisi III untuk melakukan pendalaman.
"Kami pasti mendorong Komisi III untuk melakukan pendalaman dengan Kapolri untuk menggerakkan intelijennya ke kampus-kampus," ujar Bamsoet.
Politikus Partai Golkar ini juga meminta kepada organisasi ekstra kampus agar bisa menjaga persatuan dan kesatuan. Dia meminta semua pihak waspada terhadap paham radikal ini.
"Kita harus waspada banyak yang sudah percaya paham radikalisme ini. Kami juga berharap organ mahasiswa seperti HMI dan lain-lain segera mengamankan NKRI dari paham tersebut," katanya.
Sementara itu, Rektor Terpilih Universitas Brawijaya Nuhfil Hanani lagsung mengonfirmasi mahasiswanya ketika mendengar kampus itu terpapar radikalisme. Nuhfil juga mengaku sudah menginterogasi organisasi ekstra yang bersinggungan dengan mahasiswa.
"Insya Allah tidak ada yang sifatnya radikal. Masjid-masjid InsyaAllah tidak ada. Memang dulu ada HTI, tapi sekarang sementara minggir dulu," ujar Nuhfil.
Nuhfil mengungkapkan bakal menyaring benar mahasiswa baru yang masuk ke kampus Unibraw. Buku-buku yang masuk dan menjadi pegangan mahasiswa pun akan benar-benar disaring.
"Itu mahasiswa baru yang dicegat, difasilitasi segala macamnya. Tapi ada juga organisasi halaqah yang bawa mahasiswa baru yang carikan kosan macam-macam. Itu buku jadi sangat penting disaring," ujar dia.
Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arif Satria meminta bantuan kepada organisasi masyarakat agar turut serta menekan angka kemungkinan radikalisme. Ia berharap penyebaran ajaran ini bisa ditekan sebelum memasuki ranah kampus.
"Saya berharap ormas NU Muhammadiyah turun gunung sejak SMP, SMA dan mahasiswa. Karena itu sudah mulai sejak SMA mulai digarap. Maka ini tidak bisa menyelesaikan kampus saja selesai," ucap dia.
BNPT membeberkan setidaknya ada tujuh kampus PTN yang terpapar radikalisme. Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Diponegoro (Undip), hingga Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (Unair), dan Universitas Brawijaya (UB) disebut BNPT sudah disusupi paham radikal.