Berburu Lailatul Qadar di Masjid Al Akbar Surabaya

Suasana di dalam dan luar Madjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Nur Faishal.

VIVA - Malam ganjil sepuluh terakhir Ramadan di Masjid Al Akbar Surabaya, Jawa Timur, disesaki puluhan ribu jemaah. Mereka berbondong-bondong melaksanakan ibadah sunnah dan zikir demi mendapatkan lailatul qadar, malam sangat istimewa saat Ramadan dalam ajaran Islam.

Jamak diketahui umat Islam, lailatul qadar diyakini terjadi pada malam ganjil di sepuluh terakhir Ramadan. Sebab itu, masjid-masjid dipenuhi jemaah pada malam ke-21, 23, 25, 27, dan ke-29 Ramadan. Kebanyakan umat Islam akan mengisi malam-malam ganjil itu dengan iktikaf, salat sunah, mengaji Alquran,  dan berzikir.

Nah, Masjid Al Akbar adalah masjid yang banyak didatangi jemaah saat momen 'pencarian' lailatul qadar itu, selain Masjid Ampel di kompleks pemakaman Sunan Ampel Surabaya. Seperti pada malam ke-25 Ramadan pada Minggu dini hari, 10 Juni 2018. Sejak sekitar pukul 21.00 WIB, jemaah mulai berdatangan ke Masjid Al Akbar Surabaya.

Di luar masjid, VIVA menyaksikan betapa berdesakannya jalan-jalan sekitar masjid menampung kendaraan roda empat dan dua yang parkir. Di parkiran dalam masjid penuh sejak tarawih. Kurang ruang, jalan kampung dan halaman kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama pun menjadi tempat parkir dadakan.

Di dalam masjid, umat menyemut membentuk shaf. Berdasarkan penuturan pengurus remaja Masjid Alkbar Surabaya, Rofi'i, kepada VIVA, sekira 30 ribu jemaah hadir melaksanakan salat sunah berjemaah dan berzikir bersama pada malam ke-25 Ramadan itu.

"Yang jadi imam ialah KH Abdul Hamid Abdullah, Imam Besar Masjid Al Akbar," katanya.

Musaffa' Safril, salah satu jemaah warga Surabaya, mengaku rutin beribadah ke Masjid Al Akbar Surabaya setiap malam ganjil sepuluh hari terakhir Ramadan. "Saya mulai rutin ke sini saat sepuluh hari terakhir sejak 2006. Dulu jemaah tidak sebanyak sekarang, waktu parkir mobil di dalam masih bisa, sekarang ramai sekali, parkir susah. Paling ramai 27 Ramadan," ujarnya.

Safril pilih bermalam lailatul qadar di Masjid Al Akbar karena konsep kegiatan ibadah di masjid kebanggaan warga Surabaya itu bagus, membuat dirinya khusyuk saat beribadah. Hal yang paling jadi pertimbangan, kata dia, ialah kefasihan imam saat membawakan bacaan salat begitu menyentuh kalbu.

"Saya perhatikan banyak jemaah sampai menangis khusyuk," ujarnya.

Di Masjid Al Akbar, terang Safril, setelah zikir bersama, jemaah melaksanakan salat malam (salatul lail) dua kali, salat tasbih dua kali, dan terakhir salat hajat sekali. "Tapi salat malam sekali saja lamanya seperti salat saya 20 kali. Meski lama, tapi jemaah tak terasa lelah karena khusyuk. Kefasihan bacaan imam salat bikin nyaman jemaah," tuturnya.