Moeldoko Bicara Sosok Pengganti Yudi Latif, Ini Kriterianya

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko
Sumber :
  • REUTERS/Beawiharta

VIVA – Mundurnya Yudi Latif dari Kepala Pelaksana Badan Pembinaan Ideologi Pancasila atau BPIP, mengejutkan berbagai pihak, termasuk Kepala Staf Presiden, Moeldoko. Bagi Moeldoko, figur Yudi Latif adalah sosok yang tepat untuk bantu mensosialisasikan Pancasila.

"Semua orang tidak meragukan kapasitas Pak Yudi Latif, kemampuan beliau mengarusutamakan Pancasila, karena beliau memiliki background yang luar biasa tentang pemahaman terhadap Pancasila," kata Moeldoko di kantornya, Bina Graha Jakarta, Jumat 8 Juni 2018.

Dia menjelaskan, sejak awal dibentuk pada 2017, dengan nama Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP), Yudi sudah dipercaya Jokowi untuk memimpin. Hingga pada 28 Februari 2018, diberi kepercayaan menjadi Badan Pembinaan Idiologi Pancasila (BPIP).

Moeldoko mengatakan, dibentuknya UKP PIP hingga menjadi BPIP, karena memang dibutuhkan. Kata dia, Presiden Jokowi menilai perlu untuk membumikan lagi Pancasila. Sehingga, yang menjadi pemimpinnya haruslah orang yang tepat.

Mantan Panglima TNI itu berbicara mengenai siapa yang tepat nantinya untuk mengganti Yudi. Sebab, ini harus diputuskan cepat mengingat fungsi badan ini dianggap penting.

"Tentu, harus dicarikan figur lain yang betul-betul kapasitasnya mendekati atau bahkan sama (dengan Yudi Latif). Saat ini, Pancasila sungguh diperlukan, kita lagi kering pemahaman ideologi, kita lebih mengangungkan ideologi lain, dan seterusnya. Ini saya pikir, sebuah prioritas bagi bangsa ini," lanjut Moeldoko.

Dia menyebut hingga Yudi mengundurkan diri, dia belum berkomunikasi. Namun, beberapa pekan lalu, memang sempat berkolaborasi antara KSP dengan BPIP dan sejumlah lembaga, untuk membicarakan bagaimana Pancasila ini disosialisasikan agar lebih efektif lagi.

"Beberapa saat yang lalu beliau dua kali berdiskusi di kantor, dari BPIP untuk membicarakan bagaiaman ini Pancasila bisa segera disosialisasikan dengan baik, dengan berbagai metode, media dan lain-lain," kata Moeldoko.