Nasib Gua Jejak Dahsyatnya Tsunami Purba Aceh

Gua Ek Lentie di Desa Meunasah Lhok, Aceh Besar.
Sumber :

VIVA – Badan Penanggulangan Bencana Aceh mengusulkan agar gua tsunami purba bernama Gua Ek Lentie di Desa Meunasah Lhok, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, bisa dijadikan kawasan Geopark.

Kepala Pelaksana BPBA Teuku Ahmad Dadek mengatakan, penemuan gua endapan tsunami di Desa Meunasah Lhok ini merupakan suatu penemuan penting untuk memperkaya kajian tsunami.

Jangan sampai gua bersejarah itu tak menentu nasibnya. Apalagi lahan tempat keberadaannya masih berstatus milik warga.

Menurutnya, Aceh menjadi tempat paling bagus untuk pembelajaran tsunami, dan menjadi laboratorium yang memperkuat pencegahan dan kesiapsiagaan bencana di masyarakat, sehingga penemuan ini perlu didorong dalam pelestariannya.

BPBA juga telah menginisiasi agar gua tsunami purba ini bisa menjadi situs sejarah tsunami. Dengan menyurati Sekretaris Daerah Aceh Besar dan memberikan telaah kepada Gubernur Aceh untuk menginstruksikan kepada Pemda Aceh Besar untuk segera membereskan kepemilikan lahan di sekitar gua.

Nantinya gua tsunami purba ini bisa dijadikan tempat pendidikan, juga menjadi lokasi kunjungan wisata tsunami.

"Akan kita wujudkan Geopark untuk pelestarian gua ini," kata Dadek dalam rapat koordinasi terkait pelestarian Gua Ek Lentie di Aula BPBA, Senin 28 Mei 2018.

Pihaknya akan segera menyepakati dengan Pemda Aceh Besar langkah-langkah agar upaya ini bisa terwujud.

"Surat dari gubernur sudah kita sampaikan,  dan pihak Aceh Besar mendukung kegiatan tersebut," ujar Dadek.

BPBA akan siapkan dana untuk Detail Engineering Design (DED) pembangunan Geopark yang akan dilakukan Tsunami and Disarter Mitigation Research Centre (TDMRC).

"Sistem pengelolaannya juga harus kita pikirkan. Teknis akan dibicarakan kemudian," ujar Dadek.

Nazli Ismail, tenaga ahli dari TDMRC menyebutkan hasil penelitiannya mengenai gua tersebut, pihaknya telah melakukan penggalian untuk melihat sejarah tsunami mulai dari 7400 tahun lalu, hingga kejadian tahun 2004.

Hasil penelitian itu, kata dia, terdapat endapan-endapan tanah yang berasal dari gelombang tsunami dan kotoran kelelawar yang hidup di gua.

Menurutnya, gua ini sangat layak dijadikan tempat wisata dan dibangun Tugu Patahan Sumatera sebagai situs sejarah.

"Tidak ada salahnya juga, di sini juga dibangun tugu patahan Sumatera di patahan Lamtamot,"  ujar Nazli.