Penumpang Kereta Minangkabau Ekspres Tak Cuma Mau ke Bandara

Kereta khusus rute Bandara Internasional Minangkabau di Padang, Sumatra Barat.
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Euforia masyarakat kota Padang dan sekitar atas keberadaan kereta khusus rute Bandara Internasional Minangkabau (BIM) belum selesai. Sepekan setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, kereta Minangkabau Ekspres itu masih ramai dengan warga yang sekadar ingin menjajal menaikinya.

Kereta itu sebenarnya sudah beroperasi sejak 1 Mei 2018 tetapi memang baru diresmikan oleh Presiden Jokowi 21 Mei. Minangkabau Ekspres melayani sepuluh kali perjalanan: lima kali pemberangkatan dari Stasiun Padang dan lima kali pemberangkatan dari Stasiun BIM. Melintasi Stasiun Padang, Stasiun Tabing, Stasiun Duku, dan Stasiun BIM.

Di awal pengoperasiannya, PT KAI Divisi Regional II Sumatra Barat bahkan menggratiskan biaya perjalanan kereta itu selama tiga hari, yaitu 1-3 Mei.

Mereka yang menggunakan jasa transportasi massal itu tidak hanya warga yang hendak berpergian keluar Sumatera Barat melalui BIM. Banyak juga warga yang sekadar ingin merasakan dan menikmati layanan kereta rel diesel elektrik (KRDE) itu. Mereka bahkan seolah berwisata bersama keluarga dengan kereta bandara.

Kereta buatan PT Inka itu berkapasitas 393 orang yang terdiri 200 tempat duduk dan 193 untuk penumpang berdiri. Satu rangkaian terdiri empat unit kereta dengan susunan kursi dua baris di sisi kiri dan dua baris sisi kanan.

Didalam gerbong juga terdapat sejumlah fasilitas penunjang seperti LCD yang menampilkan informasi tentang KA Minangkabau Ekspres, kaca panorama dupleks, penyejuk ruangan, dan lain-lain. Dilengkapi pula dengan jalur khusus untuk penyandang disabilitas.

Sepanjang perjalanan menumpang kereta itu menuju BIM akan disuguhi sejumlah objek kota Padang, seperti Masjid Raya Sumbar dan pemandangan laut. Namun beberapa fasilitas dikeluhkan warga, terutama di Stasiun Tabing, yakni jarak peron ke pintu yang cukup tinggi.

Tak hanya penyandang disabilitas, bahkan penumpang dengan fisik normal pun kesulitan melangkah dari peron ke lantai pintu kereta. Sebenarnya ada tangga bantuan di stasiun itu tetapi jarang dipakai.

Namun, secara keseluruhan layanan dan fasilitas penunjang kereta Minangkabau Ekspres sudah mumpuni, terutama di Stasiun BIM. Semua fasilitas standar tersedia, mulai dari musala, tangga eskalator, koridor menuju bandara, toilet, ruang tunggu, hingga ruangan khusus untuk ibu menyusui. 

Keberadaan KA Minangkabau Ekspres itu diyakini mampu menaikkan reputasi Bandara Internasional Minangkabau. Biaya pembangunannya yang menelan dana lebih Rp200 miliar itu dianggap sepadan dengan fasilitas dan layanan yang tersedia.