Ada Tanda Gunung Merapi Akan Meletus

Gunung Merapi
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

VIVA – Balai Penyelidikan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi menyatakan letusan freatik yang terjadi di kawah Gunung Merapi, Yogyakarta, akan semakin intensif terjadi di kemudian hari.

Bahkan, letusan freatik yang semakin banyak tersebut, bisa memicu terbukanya sumbat kawah Merapi dan menjadi tanda akan terjadi letusan magmatik.

Pada Rabu 23 Mei 2018, pukul 03.31 WIB, terjadi letusan freatik yang cukup besar. Letusan berdurasi empat menit ini menghasilkan kolom letusan setinggi 2.000 meter, dengan dua letusan menuju barat daya. Ini adalah letusan ke empat kalinya dalam waktu tiga hari sejak Minggu 21 Mei 2018.

Letusan ke empat kalinya ini mengakibatkan terjadinya hujan abu di Kabupaten Magelang, terutama di wilayah kawasan rawan bencana II dan III di desa Keningar, Sumber, Dukuh, Kalibening. Jangkauan abu yang mencapai 25 kilometer juga dilaporkan menguyur kawasan Candi Borobudur.

"Kita terus waspada, karena letusan freatik dengan intensif tinggi akan sering terjadi dalam waktu ke depan. Namun, kapan letusan freatik akan terjadi kita tidak bisa prediksi," kata Kepala Seksi Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso, Rabu 23 Mei 2018.

Letusan freatik tak bisa diprediksi, sebab terjadi secara mendadak. Kejadian ini diakibatkan kontak magma dengan air tanah.

Menurut Agus, menjadi penanda bagus untuk mengetahui aktivitas Gunung Merapi. Sebab, letusan freatik menjadi pembuka sumbatan kawah, agar magma bisa keluar.

Bila dibandingkan dengan letusan pada 2006 atau 2010, morfologi sumbatan kawah Merapi saat ini menurut Agus berbeda.

Jika sebelumnya sumbatan berbentuk runcing, tanda sumbatan sangat kuat. Namun, saat ini bentuk sumbatan lebih tipis dibandingkan sebelumnya.

"Karena produksi gas dari magma terus menerus dan tercampur dengan air, maka menyebabkan ledakan yang membuat sumbat di atas lepas dan terjadi letusan," ujarnya.

Meski akan terjadi lebih intensif, menurut Agus, tetapi BPPTKG belum bisa memastikan kapan letusan magmatik akan terjadi. Saat ini, sedang dilakukan kajian mengenai jenis material yang gugur saat freatik pada Minggu lalu.

Selain itu, tim di lapangan juga sedang mencari debu yang mengandung material glas dan gerakan migrasi magma terbaru yang ditandai dengan adanya gempa vulkanik tektonik yang instens terjadi. Jika melihat keadaan yang terjadi, Agus memastikan, erupsi magmatik yang nanti terjadi dipastikan berbeda dibandingkan 2006 maupun 2010.

"Meski tidak secantik 2006 maupun 2010, namun kami berharap migrasi magma yang diperlihatkan adanya gempa vulkanotektonik yang terjadi sekali dan tektonik dua kali pada Rabu pagi akan secepatnya terlihat," katanya.