PKS Sebut Polisi Paranoia jika Tiap Wanita Bercadar Dirazia

Ilustrasi penangkapan oleh Densus 88
Sumber :
  • VIVA.co.id/D.A Pitaloka

VIVA – Partai Keadilan Sejahtera atau PKS memperingatkan Polisi agar tak serampangan atau sporadis memburu kelompok terduga teroris, menyusul aksi bom bunuh diri di Surabaya akhir pekan lalu. Penangkapan serampangan tentu berdampak buruk bagi upaya pemberantasan terorisme.

Pernyataan PKS itu merespons kasus salah tangkap oleh Polisi dan Densus 88 Antiteror terhadap wanita bercadar asal Malang di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin lalu. Di Tulungagung pada hari yang sama, seorang wanita bercadar diturunkan paksa oleh warga dari bus di Terminal Gayatri.

"Ini yang kami sangat sayangkan pemerintah, penegak hukum parno (baca: paranoia; ketakutan berlebihan). Yang rugi masyarakatnya," kata Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKS, Mardani Ali Sera, usai berbicara dalam sebuah forum diskusi di Jakarta pada Sabtu, 19 Mei 2018.

Menurut anggota Komisi II DPR RI itu, tindakan sporadis aparat Kepolisian dan kecurigaan berlebihan dari masyarakat justru akan memicu perluasan radikalisme. Aksi dan kecurigaan berlebihan justru menjadi harapan para kelompok teroris. 

Polisi, katanya, mestinya bertindak profesional saat menangkap terduga teroris, berbekal informasi dan data intelijen sebelum bertindak, sehingga tak salah menangkap orang. Mestinya pula fungsi intelijen diperkuat agar deteksi dini lebih optimal, bukan asal menangkapi atau mencurigai setiap wanita bercadar.

Mardani meminta pemerintah dan aparat tidak sporadis dalam melakukan pemberantasan kelompok teroris. Karena yang dihadapi oleh pemerintah dan aparat bukanlah agama tertentu, melainkan orang yang keliru memahami ajaran agamanya.

"Kita tidak sedang berhadapan dengan agama; kita sedang berhadapan dengan orang sakit, orang sesat, orang berbahaya, yang harus ditindak tegas dan keras. Temukan orang itu," katanya.

Imbauan Menteri Agama

Pernyataan berbeda disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam kesempatan lain sebelumnya. Menteri meminta semua pihak saling menghormati, termasuk soal penggunaan cadar oleh perempuan muslim. 

Sikap saling menghormati itu perlu agar tidak ada saling curiga antara satu dengan yang lain, apalagi belakangan penggunaan cadar dikaitkan dengan kelompok tertentu. 

"Kita harus hormati sebagaimana kita juga hormati orang-orang lain yang gunakan berbagai macam atribut yang terkait dengan keagamaan," kata Lukman di Jakarta pada Jumat, 18 Mei. 

Menurut Lukman, mereka yang menggunakan cadar juga harus menunjukkan sikap keterbukaannya. Di tengah situasi seperti ini, katanya, justru sikap tertutup seseorang menjadi wajar jika disorot orang-orang di sekelilingnya.

"Jadi, jangan eksklusif tapi juga berbaur dengan masyarakat sekitarnya sehingga meskipun bercadar, lingkungan masyarakat sekitar memiliki rasa aman, rasa percaya. Jadi kedua belah pihak saling hormati satu dengan yang lain," katanya.