Jokowi Sedih Anak-anak Diseret Aksi Teror Bom Bunuh Diri

Presiden Joko Widodo
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

VIVA – Presiden Joko Widodo, menggelar buka puasa bersama di Istana Negara. Hadir pimpinan lembaga tinggi negara, ulama, dan pengusaha.

Di antara yang hadir: Ketua DPR Bambang Soesatyo, Ketua DPD Oesman Sapta, pimpinan MPR seperti Muhaimin Iskandar, Din Syamsuddin, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Panglima Marsekal Hadi Tjahjanto. Hadir juga dari Hipmi dan Apindo.

Presiden Jokowi memulai dengan bercerita soal aksi terorisme di Surabaya pada 13 Mei 2018 hingga penyerangan Mapolda Pekanbaru Riau.

"Saya ingin bercerita sedikit yang berkaitan terorisme. Baik yang di Mako Brimob, Surabaya, Sidoarjo maupun di Pekanbaru Riau. Tapi saya hanya ingin bercerita mengenai betapa peristiwa kemarin tanpa kita sadari telah membawa anak-anak dalam peristiwa itu," jelas Presiden Jokowi, di Istana Negara, Jakarta, Jumat 18 Mei 2018.

Jokowi menceritakan, ia melihat langsung dua anak pelaku yang diikutsertakan dalam aksi tersebut. "Tapi menurut saya ini korban juga," kata Jokowi.

Keduanya adalah Pamela dan Fadilah, yang masih umur masih 12 tahun dan 9 tahun. Jokowi mengatakan, tubuh bagian bawah hancur.

"Juga korban yang ada di gereja. Nathan dan Eva umurnya juga sama 8 dan 12 tahun. Kemudian yang di Poltabes Surabaya korban juga Aisyah umurnya juga delapan tahun, masih lagi yang di Sidoarjo korban masih dirawat Gafara masih 10 tahun, Faisal 11 tahun," jelas Jokowi.

Dengan nada sedih, Jokowi mengatakan seharusnya anak-anak tersebut masih asyik bermain di halaman rumah, bermain di gang-gang bersama teman-teman mereka. "Dan juga senang-senangnya berkumpul dengan keluarga, temannya," katanya.

Presiden ingin menegaskan bahwa ideologi yang dipegang oleh para pelaku sangat kejam dan keji. "Artinya ideologi kejam ini telah masuk dalam sendi keluarga kita, keluarga di Indonesia. Ini harus hati-hati di sini," kata Presiden.

Seharusnya,  keluarga bisa membangun optimisme pada anak, mengajarkan akhlak yang baik dan budi pekerti.

"Hilang semuanya karena keluarga itu mengikuti ideologi terorisme," katanya.