Dua Keanehan Keluarga Dita Pelaku Bom Bunuh Diri Gereja

Serangan bom di tiga gereja di Surabaya, Jatim.
Sumber :
  • bbc

VIVA – Ketua RT di perumahan tempat tinggal teroris Dita Supriyanto bernama Karihan mengatakan bahwa dia pertama kali berkenalan dengan Dita pada 2012. Tepatnya pada 25 Oktober 2012, Dita mendatangi rumahnya dan meminta surat keterangan domisili. Pada saat itu, Dita dan keluarganya sudah jalan tiga bulan tinggal di kompleks perumahan tersebut.

Karihan mengatakan, Dita termasuk warga yang baik dan kooperatif, termasuk saat ada acara-acara yang membutuhkan dana iuran. Selain itu, dia memang sangat rajin salat berjemaah di musala bersama dua anak lelakinya.

"Saya tanya, untuk apa surat keterangan domisili dan dia menjawab untuk kepentingan pengurusan SIUP, katanya dia ingin mendirikan usaha. Katanya kembali, usaha apa, minyak sementara kemiri, jintan, wijen itu, dan zaitun dia bisa produksi," kata Karihan dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC) yang bertajuk "Tragedi Mako Brimob dan Surabaya, Duka Kita Duka Bangsa" di tvOne, Selasa malam, 15 Mei 2018. 

Dia mengatakan, dari banyak hal yang tak mencurigakan, ada hal yang membuatnya sempat merasa terusik. Yang pertama, dia tak pernah memberikan surat akta kelahiran anaknya baik lembar asli maupun salinannya.

Padahal, menurut Ketua RT sangat diperlukan dalam beberapa waktu untuk administrasi kependudukan. "Itu, saya tiga kali tidak mau memberikan sampai saat ini. Itu alasannya hanya ya, ya gitu," kata Karihan.

Sementara itu, tetangga Dita, Binawan Widyarto juga mengungkap keanehan yang dia lihat usai salat Maghrib.

"Saat salat Maghrib itu, saya duduk bersebelahan dan biasa kita salaman. Pas terakhir, anaknya salaman pada bapaknya dan anaknya itu agak nangis. Saya kurang perhatikan kenapa nangis dan dia berpelukan. Itu anak laki-lakinya dua. Yang berpelukan satu itu yang besar," kata Binawan. (asp)