Anak Bomber Polrestabes Akan Diserahkan ke Keluarga Waras

Suasana di sekitar Mapolrestabes Surabaya pasca ledakan bom
Sumber :
  • Twitter.com/@dewahoya

VIVA – Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Polisi Machfud Arifin mengatakan bahwa aparatnya akan menyerahkan pengasuhan AAP (8 tahun) kepada sanak saudaranya, tetapi yang dipastikan memiliki pemahaman yang baik dan tidak radikal-ekstrem.

AAP satu-satunya korban selamat dari keluarga TM (50) yang melakukan aksi bom bunuh diri di Markas Polrestabes Surabaya pada Senin pagi, 14 Mei 2018. Kedua orang tua AAP dan dua kakaknya tewas di lokasi kejadian. AAP terpental lalu ditolong anggota Polri dan dilarikan ke rumah sakit.

Lihat Video Detik-detik Anak Kecil Bangun dari Ledakan Bom

Machfud mengatakan, bila kondisi AAP sudah pulih dan diizinkan pulang oleh dokter, polisi akan menyerahkan pengasuhannya kepada sanak saudaranya yang dipastikan memiliki pemahaman yang benar soal agama.

"Saya harus menyerahkan anak-anak ini kepada orang yang benar dan pemahamannya yang waras. Baru akan kita serahkan, tapi kita tetap akan berikan pendampingan," kata Machfud di Markas Polda Jatim di Surabaya pada Selasa, 15 Mei 2018.

Ketua DPR Bambang Soesatyo menjenguk anak pelaku pengeboman Polrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018).

AAP, kata Machfud, tinggal seorang diri. Kedua orang tua dan dua kakaknya tewas dalam ledakan bom bunuh diri. Selain penanganan medis, tim psikolog dikerahkan untuk memulihkan kondisi kejiwaannya. "Polwan yang cantik-cantik dan psikolog nanti akan melakukan pendampingan," katanya.

Baca Anak Bomber Surabaya-Sidoarjo Dipaksa Tonton Video Radikal

Sementara ini, AAP masih dalam pengaruh obat bius sisa penanganan medis yang dilakukan dokter Rumah Sakit Bhayangkara pada Senin malam. "Kondisinya masih dalam pengaruh bius. Melek, merem lagi, melek, merem lagi. Jadi belum bisa diajak bicara," ujarnya.

Adapun dua anak terduga peristiwa Rusunawa Sidoarjo yang menderita luka sudah bisa diajak bicara. Keterangan sementara, selama ini mereka dilarang sekolah di luar dan diberi asupan pemahaman radikal di dalam rumah.

"Kalau anaknya yang paling besar memang tidak terpengaruh. Dia memilih tinggal dengan neneknya dan sekolah di luar," ujar Machfud. (ase)