Buya Syafii: Tuhan Tak Ajarkan Bom Bunuh Diri
- ANTARA FOTO/HO/HUMAS PEMKOT-Andy Pinaria
VIVA – Teror pemboman tiga gereja di Kota Surabaya, Jawa Timur, harus segera diungkap secara tuntas dan diungkap akar masalahnya. Jika tidak, tragedi ini digoreng jadi isu yang bisa menyudutkan pemerintah.
"Yang juga harus diwaspadai bom bunuh diri ini akan terus digoreng dan akan menyudutkan pemerintah," kata mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif di Yogyakarta, Minggu, 13 April 2018.
Buya mengatakan, respons cepat dari Presiden Jokowi, dengan langsung terbang ke Surabaya mendatangi para korban dan melihat langsung tempat kejadian perkara, patut diapresiasi karena sangat responsif.
"Pemerintah respons cukup baik dengan langsung mendatangi para korban di berbagai rumah sakit di Surabaya," ujarnya.
Menurut Buya, perbuatan bom bunuh diri yang mengatasnamakan Tuhan adalah perbuatan sangat kejam.
Sebab, Tuhan tidak mengajarkan hal tersebut. Mereka melakukan aksi karena sudah terpengaruh dengan syahwat kekuasaan.
"Kalau melakukan kekerasan atas nama agama sudah perbuatan melebihi setan," kata Buya.
Guru Besar UNY ini juga mengingatkan dua tahun ini merupakan tahun politik sehingga polisi dituntut untuk bekerja keras dan efektif serta peran aktif dari masyarakat di lingkungannya masing-masing.
"Kita yang masih waras tidak harus bergerak dan jangan diam. Sementara yang tidak waras terus melakukan aksi teror," ucapnya.
Seperti diberitakan, tiga bom meledak secara beruntun di tiga gereja berbeda di wilayah Jawa Timur. Di antaranya di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara; Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro 146; dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna.
Akibat ledakan bom-bom itu, sudah 13 orang tercatat meninggal dunia dan 41 orang terluka.