Mabes Polri Indikasikan Sel Teroris Akan Bangkit

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Inspektur Jenderal Polisi Setyo Wasisto, di Surabaya, Jawa Timur, pada Senin, 9 Mei 2018.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA - Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Mabes Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto, mengatakan, terkait dengan adanya aksi terorisme yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia belakangan ini, mengindikasikan adanya kebangkitan sel kelompok terorisme.

Untuk itu, saat ini Densus 88 Anti Teror terus bekerja keras menanggulangi sel kelompok teroris yang selama ini tertidur.

"Sekarang petugas anti-teror sedang bekerja terus. Karena beberapa sel (kelompok teroris) diperkirakan bangkit," kata Setyo di kantor Divisi Humas Mabes Polri, Minggu, 13 Mei 2018.

Peristiwa pemberontakan napi teroris di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, disusul dengan penusukan polisi di Mako Brimob dan tiga ledakan beruntun di Surabaya saat ini masih dilakukan pendalaman. Apakah berkaitan satu sama lain, polisi baru dapat menjawabnya setelah proses pendalaman selesai.

"Jadi, rangkaian akan terkuak setelah proses analisis selesai," ujarnya.

Saat ini, menurut Setyo, Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah memerintahkan seluruh anggota Polri untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Sebab, dari data informasi intelijen, dapat diketahui kelompok teroris tengah mengincar Polri, baik itu Markas Besar Polri maupun anggota Polri.

"Tadi saya sudah dapat arahan dari Pak Kapolri. Beliau mengimbau seluruh petugas untuk meningkatkan kewaspadaan. Selain itu, kami lebih meningkatkan lagi pengamanan untuk masyarakat," ujarnya.

Polri telah meningkatkan penjagaan di seluruh kantor polisi, mulai dari polsek hingga ke Mabes Polri. Selain itu, polisi telah melakukan penjagaan di setiap rumah ibadah untuk mencegah serangan kembali terulang.

"Peningkatan kewaspadaan sedang kami lakukan, pengamanan diperketat. Kami enggak mau nanti di Mabes Polri diserang," ujarnya.

Sebelumnya, ledakan bom terjadi di tiga gereja di Kota Surabaya, Jawa Timur, Minggu pagi, 13 Mei 2018. Akibat peristiwa itu, 11 orang meninggal dunia dan 41 lainnya luka-luka.