Tagar #terorisJANCUK Berkumandang di Jagat Twitter
- ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
VIVA – Ledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu pagi tak hanya menjadi duka bagi warga Kota Pahlawan. Peristiwa yang menewaskan sebelas orang dan melukai 41 warga itu telah menjadi luka pedih bagi bangsa Indonesia dan bahkan dunia.
Ungkapan duka cita warganet dari seluruh Nusantara mengalir deras di linimas Twitter. Macam-macam ekspresi mereka untuk memperlihatkan simpati kepada para korban dan keluarganya, termasuk kepada warga Surabaya. Di antaranya, mencurahkan isi hati hingga kutukan yang ditandai dengan tanda pagar atau tagar, misal #Surabaya, #BersatuLawanTerorisme, #KamiTidakTakutTeroris, PolriSBYSyahid, #DukaBangsa, dan lain-lain.
Tagar terpopuler atau paling banyak dicuit oleh para pengguna Twitter ialah #Surabaya dan #BersatuLawanTerorisme. Masing-masing tagar digunakan oleh ratusan ribu akun hingga Minggu siang, 13 Mei 2018.
Namun ada satu tagar yang menarik dan istimewa, yaitu tagar #terorisJANCUK. Belum banyak yang menggunakannya tetapi tagar itu pelan-pelan merangsek dari bawah dan mulai menggeser tagar-tagar lain yang lebih dulu ramai.
Tagar itu terbentuk dari dua kata, yakni “teroris” dan “jancuk”. Kata pertama tentu saja diarahkan pada orang tak dikenal yang telah beraksi meledakkan diri di tiga gereja Katolik dan Kristen itu. Kata berikutnya ialah ungkapan khas orang Surabaya atau arek Suroboyo.
Kata “jancuk” pada dasarnya adalah semacam kata umpatan khas arek Surabaya. Tak ada arti khusus dari kata itu melainkan memang hanya bermakna umpatan atau sumpah serapah. Namun belakangan makna kata itu bergeser menjadi semacam ungkapan keprihatinan atas kabar duka dan bahkan ungkapan ketakjuban untuk sesuatu yang mengagumkan.
Tagar #terorisJANCUK digunakan oleh warganet untuk aneka ekspresi, tetapi pada umumnya bersemangatkan kecaman, kutukan, sumpah serapah, perlawanan, dan lain-lain. Mereka ingin menunjukkan bahwa dengan kata “jancuk” itu, bukan saja ungkapan keprihatinan, tetapi juga seruan perlawanan terhadap teroris.
Akun @ZMafindo, misalnya, yang mengunggah foto Tugu Pahlawan dengan keterangan “Kalian salah mengira kita akan takut. Iki Suroboyo (ini Surabaya). Teroris Jancuk! “Dikiranya Tugu Pahlawan itu hanya tempat wisata apa? Iki Suroboyo,” tulis @ZMafindo.
Akun lain, @SyayibNandaPP, menulis dalam bahasa Jawa khas Surabaya: “Suroboyo adem ayem, ojok digarai panas. Iki Suroboyo kota metropolitan paling toleran. Awakmu salah ndolek musuh wong Suroboyo.” Artinya, Surabaya tenang, jangan dibikin panas. Ini Surabaya kota metropolitan paling toleran. Kamu salah mencari musuh orang Surabaya.
Akun @BangOmed_ menuliskan kalimat yang lebih bijak. “Udah ngebunuh orang, bunuh diri sendiri lagi, ngerusak tempat ibadah umat agama lain, meneror orang, mati kagak didoain dan kagak diterima ama keluarga sendiri yakin masih berharap dapet surga???” Tetapi kalimat itu segera diikuti sumpah serapah dan kecaman.
Kecaman bernada satire ditulis oleh akun @reisnunu. Katanya, “Isuk-isuk malah ngebom, mbok yo melu kerja bakti kono neng RT ngarit opo macul , resik-resik , gak jelas teroris i . #terorisJANCUK” (Pagi-pagi malah ngebom, mestinya kan ikut kerja bakti sana di RT, menyabit rumput atau mencangkul, bersih-bersih kampung. Teroris enggak jelas. #terorisJANCUK”)
Akun @ahmadnug serupa dengan @reisnunu yang mengatakan bahwa peledakan bom bunuh diri itu sungguh-sungguh tindakan sembrono dan tak berperikemanusiaan.
Sakjane ki kaum model opo sih sing senenge gawe teror ngawur?
Koncoku ono kristen, hindu, budha tapi nek pas mangan bareng" njug kepedesen dan es teh e wes entek gari es batune, yo tetep dikremusi bareng". #terorisJANCUK
(Sebenarnya ini kaum model apa sih yang sukanya membikin teror serampangan? Teman saya ada yang beragama Kristen, Hindu, Buddha, tapi kalau sedang makan bareng, lalu kepedasan dan es tehnya sudah habis tinggal esnya, ya tetap (es batunya) dihabisin bersama. #terorisJANCUK)