Infrastruktur Pendidikan Dinilai Masih Jadi PR Pemerintah
- VIVA.co.id/Putra Nasution
VIVA – Hari Pendidikan Nasional kembali diperingati hari ini, Rabu 2 Mei 2018. Kondisi pendidikan nasional dinilai masih tertinggal dari negara Asia lain, soal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain itu, belum meratanya penyediaan infrastuktur pendidikan dinilai masih menjadi persoalan.
Ketua Fraksi PKS di DPR, Jazuli Juwaini mengatakan, ketertinggalan penguasaan iptek harus disesuaikan dengan kurikulum dan materi pengajaran yang tepat. Sebab, perkembangan dunia lebih cepat dibandingkan kemampuan manusia beradaptasi.
“IPM (Indeks Pembangunan Manusia) bidang pendidikan kita masih jauh tertinggal. Demikian, dengan kemampuan riset dan inovasi yang dihasilkan dunia pendidikan tinggi kita juga masih kalah dibandingkan negara-negara Asia lain," kata Jazuli dalam keterangannya, Rabu.
Jazuli menekankan, hampir 73 tahun Indonesia merdeka, aspek penyediaan infrastruktur untuk pendidikan masih jadi catatan. Selama ini, daerah Jawa masih jadi perhatian utama pemerintah RI. Sementara itu, luar Jawa seperti Indonesia timur dan daerah pelosok belum merata. Contohnya, sulitnya akses tempat pendidikan yang sulit dijangkau.
"Bagaimana penyediaan infrastruktur pendidikan ke seluruh wilayah Indonesia. Percepatan pencapaian infrastruktur pendidikan di berbagai daerah, terutama luar Jawa seperti Indonesia timur mutlak menjadi target dan prioritas pemerintah," lanjut Jazuli.
Gambar sejumlah siswa di daerah pelosok di Kalimantan yang berjuang untuk ke sekolah.
Kendati demikian, diakuinya memang tak mudah, karena RI memiliki wilayah yang luas. Menurutnya, setiap daerah memiliki budaya yang memengaruhi karakter pendidikan. Namun, harus ada target penyelesaian agar persoalan pendidikan bisa diketahui perkembangannya.
"Kita memerlukan sistem pendidikan yang terstandarisasi dengan strategi pencapaian yang efektif untuk seluruh daerah di Indonesia," ujar Anggota DPR tersebut.
Baca: Ribuan Guru Honorer Tuntut Diangkat PNS
Kemudian, terkait kesejahteraan tenaga pengajar seperti guru dan dosen harus diperhatikan. Menurutnya, belajar dari negara-negara yang maju dalam pendidikan, komponen kesejahteraan pengajar menjadi faktor penting. Kualitas tenaga pengajar juga mesti menjadi prioritas untuk pembenahan.
"Karena, secara psikologis dan kualitatif mempengaruhi profesionalisme dalam proses pengajaran. Hal ini, bukan saja terkait gaji atau penghasilan, tapi menyangkut penghargaan profesi, peningkatan pengetahuan dan wawasan," tuturnya.