Syarat Gantikan Calon Jemaah Wafat Sebelum Berangkat Haji
- VIVA.co.id/Eko Priliawito
VIVA – Kementerian Agama mengeluarkan kebijakan baru dalam penyelenggaraan jemaah haji 1439 Hijriah atau 2018 Masehi. Kini, calon jemaah haji yang wafat sebelum keberangkatan, bisa digantikan dengan keluarganya.
“Mulai tahun ini, porsi calon jemaah haji yang wafat sebelum berangkat ke Arab Saudi, bisa digantikan oleh keluarganya,” tutur Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Ahda Barori dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, 19 April 2018.
Menurut Ahda, ketentuan ini tertuang dalam Keputusan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Nomor 148 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelunasan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Reguler Tahun 1439H/2018M.
Jemaah haji Indonesia
Berikut ini ketentuan pelimpahan nomor porsi bagi calon jemaah haji yang wafat:
1. Permintaan dari keluarga jemaah yang sudah ditetapkan berhak melunasi, namun wafat sebelum berangkat.
2. Kebijakan wafat yang dapat digantikan adalah jemaah yang sudah ditetapkan berhak melunasi BPIH dan waktu wafatnya setelah ditetapkan sebagai berhak lunas tahun berjalan.
3. Orang yang dapat menggantikan calon jemaah wafat adalah suami, istri, anak kandung, menantu. Pengajuan penggantian ini harus diketahui RT, RW, lurah, dan camat.
4. Verifikasi data pengajuan penggantian dilakukan di Kanwil Kemenag Provinsi dan Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU).
5. Jemaah haji pengganti diberangkatkan pada musim haji tahun berjalan atau tahun berikutnya.
Ahda menambahkan, calon jemaah haji pengganti harus mengajukan surat permohonan tertulis ke kantor Kemenag kabupaten dan kota setempat dengan melampirkan beberapa dokumen. Dokumen dimaksud , yaitu:
1. Asli akta kematian dari Dinas Dukcapil setempat atau Surat Kematian dari kelurahan atau desa diketahui camat.
2. Asli surat kuasa penunjukan pelimpahan nomor porsi jemaah wafat yang ditandatangani anak kandung, suami/istri, dan menantu yang diketahui oleh RT, RW, lurah atau kepala desa, dan camat
3. Asli surat keterangan tanggung jawab mutlak yang ditandatangani calon jemaah haji penerima pelimpahan nomor porsi jemaah wafat dan bermaterai.
4. Asli setoran awal dan atau setoran lunas BPIH.
5. Salinan KTP, KK, akta kelahiran/surat kenal lahir atau bukti lain yang relevan dengan jemaah haji yang wafat yang dilegalisir dan distempel basah oleh pejabat yang berwenang dengan menunjukkan aslinya.
“Seluruh berkas pendukung harus diverifikasi oleh petugas kantor Kemenag kabupaten atau kota, kanwil, dan Ditjen PHU,” tutur Ahda.