Sudirman Said Luncurkan Buku 'Dear Millennials'
- Dwi Royanto
VIVA – Calon Gubernur Jawa Tengah nomor urut 2 Sudirman Said menulis buku berisi motivasi pemimpin masa depan khusus generasi muda. Buku berjudul 'Dear Millennials' itu diluncurkan di Kota Semarang, Sabtu, 14 April 2018.
Peluncuran buku bernuansa gaul itu dihelat cukup sederhana dan dihadiri oleh lebih dari 300 anak muda di Kota Semarang. Acara juga diramaikan dengan panggung musik dan diskusi.
Dear Millennials merupakan kumpulan catatan-catatan pribadi Sudirman Said. Buku praktis yang diterbitkan oleh Noura Books ini berisi kutipan, inspirasi, serta pelajaran tentang etos kehidupan.
Sudirman mengungkapkan, buku 'Dear Millennials' lahir untuk mendorong generasi muda agar bisa memandang tantangan besar ke depan. Karenanya, desain serta isi buku dibuat cukup gaul sesuai dengan judulnya.
"Buku ini semacam pengalaman, pengamatan kiri kanan saya. Ditulis sambil jalan, saat saya mulai keliling (pencalonan di Jawa Tengah). Karena banyak waktu di jalan, saya tak tidur dan saya menulis, " kata Sudirman.
Melalui buku itu pula, pria yang akrab disapa Pak Dirman tersebut ingin memberi contoh kepada anak muda bahwa sebenarnya menulis itu mudah. Menulis, baginya, sesederhana mengumpulkan pengalaman.
"Dulu sebelum sibuk kerjaan kayak sekarang saya juga sering menulis di media seminggu sekali, " katanya.
Mantan Menteri ESDM itu juga menekankan bahwa anak muda milenial merupakan pemimpin masa depan. Soal pemimpin, Sudirman berpandangan bahwa pemimpin tidak ada urusan dengan jabatan, namun soal peran dan perilaku.
"Itu yang penting. Maka anak-anak muda ini harus terus bergerak dan menggerakkan lingkungannya. Di sisi lain mereka harus membaca, berorganisasi dan update lah. Itu yang saya dorong, " katanya.
Menjawab apakah buku tersebut menjadi salah satu jurusnya menjaring pemilih muda di Pilgub, Sudirman mengaku santai. Menurutnya, dalam setiap forum apapun, cagub yang berpasangan dengan Ida Fauziyah itu tak bisa menghindari anggapan soal politik.
"Di forum mana pun kan saya enggak bisa nyopot bahwa saya bukan cagub. Tapi menurut saya hidup ini tak seluruhnya politik lah. Dalam urusan ini saya kembali ke habitat saya sebagai seorang akademisi. Mengajak kawan-kawan muda. Dan buku ini sangat ringan sekali dan tak ada muatan politik, " katanya.
Pak Dirman menyampaikan, seluruh jabatan strategis di negara ini diputuskan melalui proses politik. Karena itu penting politik diisi oleh orang-orang baik. "Politik adalah hulu. Kalau hulunya baik, hilirnya, dalam hal ini kebijakan dan orang-orang yang akan dipilih pun orang-orang yang baik," imbuh Pak Dirman.
Kemudian Pak Dirman berpesan agar milenial yang umumnya akrab dengan media sosial tidak mudah terjebak dengan pencitraan yang dilakukan dengan memanfaatkan media sosial. Acap kali yang tampil di media sosial adalah hal-hal permukaan, hanya bungkus, bukan isi yang sesungguhnya.
Pak Dirman menjelaskan beda pencitraan dan reputasi, sebagaimana yang ditulis dalam buku yang diluncurkan itu. Reputasi menurutnya dibangun dalam jangka yang panjang, bisa dilacak, dan bisa dipertanggungjawabkan kepada publik.
"Sementara pencitraan adalah bungkus yang tidak menggambarkan fakta yang sesungguhnya. Persoalan tidak bisa diselesaikan dengan foto-foto, selfie, kemudian mengunggahnya di media sosial. Butuh ketekunan, kerja keras, kompetensi, dan kejujuran pemimpinnya," katanya lagi.
Terkait dengan proses demokrasi di Jateng, Pak Dirman juga berpesan agar para milenial tidak menyia-nyiakan suaranya. Suara milenial cukup menentukan pemimpin Jateng ke depan.
"Jangan golput. Suara Anda menentukan masa depan Jateng. Pilih pemimpin yang bersih, jujur, kompeten, dan mau bekerja semata untuk kepentingan rakyat," tutur Pak Dirman. (one)