Istana Undang Alumni 212 ke Pertemuan Ulama Dunia

Diguyur Hujan Peserta Aksi 212 Tetap Khusu' Laksanakan Shalat Jumat
Sumber :
  • VIVA.co.id/M. Ali. Wafa

VIVA – Istana Kepresidenan melalui Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP DKSAP) akan mengundang tokoh Aksi 212 ke Pertemuan Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia. Tokoh yang diundang adalah perwakilan aksi 212.

Din Syamsuddin, selaku Utusan Presiden, menyampaikan alumni 212 itu termasuk 100 ulama dalam negeri dan internasional yang diundang untuk hadir di acara yang nanti diselenggarakan di Bogor, Jawa Barat.

"Semua kami undang. Apakah ikut 212 atau tidak, kami undang semua. Tapi tidak semua, sifatnya perwakilan (dari setiap kalangan ulama)," ujar Din di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 5 April 2018.

Dia menjelaskan pertemuan akan dibuka Presiden Joko Widodo di Istana Bogor pada 1 Mei 2018. Sementara, sidang-sidang para ulama akan digelar di Hotel Novotel Bogor keesokan harinya.

Rencananya, Wakil Presiden Jusuf Kalla akan menjadi pihak yang menutup pertemuan. "Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk dari penunaian mandat kami (UKP DKSAP)," ujar Din.

Menurut Din, pertemuan akan membahas konsep 'Islam Wasthiyah' atau agama Islam sebagai sebuah rahmat dari Allah SWT bagi segenap alam. Konsep tercantum dalam Alquran, serta diharapkan menjadi solusi bagi permasalahan global, bukan permasalahan yang hanya dihadapi umat Islam saja.

"Kita akan membahas (fungsi) wasathiyah Islam, baik konsepsi maupun implementasi, dalam sejarah peradaban Islam, kemudian kita kaitkan dengan tantangan peradaban dunia," ujar Din.

Adapun pertemuan merupakan kulminasi dari lima kolokium yang diselenggarakan UKP DKSAP di kampus-kampus Islam di Indonesia. Din menjanjikan juga kedatangan para ulama besar dunia dan Indonesia dalam pertemuan yang akan melahirkan rumusan solusi dari Islam untuk kebaikan dunia.
 
"Kami pandang ini merupakan salah satu upaya yang harus dilakukan umat Islam untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan yang bertentangan dengan prinsip wasathiyah, seperti radikalitas dan lain sebagainya," ujar Din. (ase)