Menag: Pendidikan Salah Satu Pintu Masuk Radikalisme
- Edwin Firdaus
VIVA – Masalah radikalisme masih dianggap sebagai ancaman laten di Indonesia. Generasi muslim saat ini memiliki kewajiban merawat keislaman dan keindonesiaan secara bersama-sama.
“Mari kita mengedepankan rasa syukur sebagai bangsa Indonesia, yang tradisionalis namun toleran dan memiliki relasi kuat dengan agama,” ujar Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat berbicara pada Halaqah Santri Nusantara di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga , Yogyakarta, Rabu 28 Maret 2018.
Salah satu pintu masuk radikalisme, kata Lukman, adalah dunia pendidikan, termasuk pesantren. Untuk itu pemerintah berupaya mengajak dunia pesantren untuk menjaga Islam nusantara yang memiliki spirit rahmatan lilalamin atau kedamaian universal.
Acara yang dihadiri 2000 orang santri dari berbagai pondok pesantren di Indonesia ini menjadi bagian dari pertemuan serupa yang digelar dalam lima tahun terakhir.
Pada Desember lalu Halaqah Pimpinan Pesantren bersama Menteri Agama digelar di Jepara, Jawa Tengah. Para pemangku pesantren ingin memberikan kontribusi menjaga keislaman nusantara yang tradisionalis dan damai dari tekanan aliran islam transnasional yang radikal.
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin berharap, santri sekarang tidak boleh menjadi obyek kemajuan zaman.
“Saya berharap santri aware dengan perkembangan dan tantangan terkini,” katanya.