MUI Tuding IAIN Bukittinggi Manfaatkan Mahasiswa Tolak Cadar

Hayati Syafri, dosen pada IAIN Kota Bukittinggi di Sumatra Barat, diwisuda sebagai doktor oleh kampusnya pada Jumat, 16 Maret 2018.
Sumber :
  • VIVA/Andri Mardiansyah

VIVA – Majelis Ulama Indonesia Sumatera Barat, menuding pimpinan IAIN Bukittinggi memanfaatkan mahasiswa untuk menolak pemakaian cadar di lingkungan kampus itu. Penolak dicurigai diarahkan untuk mendukung kebijakan kampus yang menonaktifkan seorang dosen gara-gara bercadar.

"Ada upaya mobilisasi terhadap mahasiswa oleh pihak kampus (IAIN Bukittinggi)," kata Ketua MUI Sumatera Barat, Buya Gusrizal Gazahar, pada Rabu malam, 21 Maret 2018.

Gusrizal menyesali tindakan memanfaatkan mahasiswa itu. Begitu juga, pandangan yang mengaitkan penggunaan cadar dengan radikalisme Islam, jelas tidak tepat. "Seharusnya, sebagai intelektual muslim, mereka ikut meluruskan tuduhan seperti itu, bukan malah ikut-ikutan," ujarnya.

Polemik larangan bercadar itu, menurutnya, bukan hanya terjadi pada minggu-minggu terakhir. Namun, sudah beberapa bulan belakangan. Bahkan, selain dosen Hayati Syafri, juga ada beberapa mahasiswi yang kemudian dipersoalkan, lantaran memakai cadar.

Sebagai seorang dosen, Gusrizal mengaku sudah berulang kali menyampaikan pandangannya seputar polemik cadar. Dia sampaikan langsung kepada unsur pimpinan maupun melalui diskusi online via aplikasi percakapan Whatsapp. Namun, semua yang ia sampaikan tidak diterima oleh pihak pimpinan.

"Tak didengar pandangan saya, dan pihak pimpinan tetap bersikukuh dengan aturan larangan cadar. Itulah, kemudian membuat saya memilih mengundurkan diri dari jabatan dosen. Sebelum mundur, saya juga sudah berkonsultasi dengan beberapa tokoh, dan mereka setuju," ujar Buya Gusrizal.

Walau saat ini sudah tidak lagi menjadi sebagai pada IAIN Bukittinggi, Buya Gusrizal sangat berharap otoritas kampus dapat mencabut aturan larangan bercadar. Sebab, selain memang tidak tercantum dalam aturan dan kode etik, larangan bercadar juga dapat memicu keresahan.

Dikonfirmasi perihal tudingan itu, Kepala Biro IAIN Bukittinggi Syahrul Wirda menegaskan, sama sekali tidak mengerakkan massa, atau memobilisasi mahasiswa untuk mendukung kebijakan larangan bercadar. Soal aksi demonstrasi kemarin, itu murni inisiatif mahasiswa, tanpa campur tangan pimpinan kampus. 

"Tidak ada kita memobilisasi mahasiswa. Demo kemarin itu, murni keinginan para mahasiswa sendiri. Silahkan datang ke kampus. Kampus kami baik-baik dan aman-aman saja, kok," kata Syahrul.

Demonstrasi mahasiswa

Tudingan Gusrizal itu menyusul aksi demonstrasi mahasiswa IAIN Bukittinggi pada Selasa lalu, 20 Maret 2018. Para mahasiswa menyatakan menentang setiap upaya dari luar untuk mengintervensi kebijakan kampusnya, termasuk kebijakan soal larangan mengenakan cadar.

Gusrizal sebelumnya menjadi dosen di IAIN Bukittinggi, mengajar mata kuliah ushul fiqh di Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Tetapi, dia kemudian mengundurkan diri sebagai bentuk protes atas kebijakan kampusnya yang melarang penggunaan cadar, ditambah penonaktifan dosen Hayati Syafri.

Gusrizal yang baru empat semester menjadi dosen di kampus itu, memilih mundur sebagai dosen, lantaran berbeda prinsip dengan unsur pimpinan IAIN Bukittinggi. Dia juga mengeluhkan pendapatnya sebagai ketua MUI Sumatera Barat tak didengar oleh pihak kampus. (asp)