Polisi Dalami Kaitan MCA dengan Saracen
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Kepala Unit IV Subdit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Ajun Komisaris Besar Polisi Endo mengatakan, polisi sedang membidik seorang diduga pelaku penyebar hoax dan ujaran kebencian di medsos.
Orang yang dibidik itu merupakan kelompok Muslim Cyber Army (MCA).
"Ada seseorang yang sudah kami dalami. Tetapi, belum bisa kami tangkap," kata Endo, Senin 12 Maret 2018.
Menurut dia, pihaknya masih membutuhkan waktu untuk mendapatkan alat bukti yang cukup untuk menangkap terduga pelaku tersebut. "Kami berupaya menghubungkan identitas ke identitas. Harus hati-hati betul," katanya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan, pihaknya juga masih menelusuri keterkaitan para anggota MCA dengan kelompok penyebar hoaks lainnya, Saracen.
"Sampai sekarang kami masih menelusuri MCA dengan Saracen, untuk memastikan mereka betul-betul punya keterkaitan," katanya.
Menurut Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigadir Jenderal Polisi Fadil Imran, para admin dari MCA ada yang merupakan mantan admin grup Saracen. "Pelaku-pelaku yang tergabung dalam MCA itu ada yang dulunya tergabung dengan Saracen," kata Fadil.
Sebelumnya, penyidik Siber Bareskrim menangkap enam orang anggota MCA di sejumlah lokasi yang berbeda yakni Muhammad Luth (40) ditangkap di Tanjung Priok, Jakut; Rizki Surya Dharma (35) di Pangkalpinang; Ramdani Saputra (39) di Bali; Yuspiadin (25) di Sumedang; Ronny Sutrisno (40) serta Tara Arsih Wijayani (40).
Di media sosial, kelompok ini rutin menyebarkan postingan foto video dan berita palsu berisi penghinaan, fitnah dan pencemaran nama baik terhadap pemimpin dan para pejabat negara.
"Mereka rutin mem-posting penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap Presiden Jokowi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, pejabat pemerintah dan anggota DPR," kata Fadil.
Kelompok ini juga kerap mengunggah hal-hal bernuansa SARA di medsos, termasuk isu provokatif tentang penyerangan terhadap ulama dan kebangkitan PKI.
"Contoh postingan yang paling banyak meresahkan masyarakat yakni penculikan ulama," katanya.