Alasan Pejabat Kejaksaan Sulut Berang ke Petugas Lion Air

Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara, M Rawi (kiri), berang di Bandara Internasional Juanda Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu, 11 Maret 2018.
Sumber :
  • VIVA/Nur Faishal

VIVA – Bukan soal gagal terbang yang paling membikin marah Asisten Pidana Khusus Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara, M Rawi, saat hendak terbang menggunakan Lion Air dari Bandara Internasional Juanda Surabaya menuju Bandara Sam Ratulangi Manado. Ia berang karena diancam dilaporkan ke polisi oleh petugas Lion Air.

Rawi hendak terbang dengan maskapai Lion Air JT 0736 V rute Surabaya-Manado. Ia mengejar waktu karena Senin pagi ada kegiatan penting di kantornya bertugas, Kejaksaan Tinggi Sulawesi Utara. "Dari Malang saya sampai Bandara Juanda pukul 12.00. Tiketnya terbang pukul 13.30," katanya di Bandara Juanda Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu petang, 11 Maret 2018.

Sampai di ruang tunggu, ternyata delay atau penerbangan ditunda dua kali, yaitu pukul 14.00 dan pukul 14.40 WIB. Bertanya berkali-kali ke petugas penjaga pintu garbarata pesawat, dia menerima informasi bahwa pesawat menuju Manado belum berangkat. "Ternyata pesawat sudah berangkat tanpa pemberitahuan," kata Rawi. 

Perselisihan terjadi kala Rawi bertanya kepada petugas gate Lion Air berinisial AI tetapi dicueki. Rawi lalu mengibaskan tas kecilnya ke tubuh si petugas dan direspons ketus. "Saya tegur kamu kok tidak merespons saya. Malah dia menggertak, 'Bapak kok memukul saya?" cerita Rawi. 

AI lantas mengajak Rawi ke kantor Lion Air di Bandara Juanda. Nah, di situlah seorang petugas penyelia dari Lion Air, WAZ, mempersoalkan tindakan pemukulan tas itu dan meminta Rawi minta maaf ke AI. "Saya tidak mau minta maaf, sudah gagal terbang karena pelayanan tidak baik, masa disuruh minta maaf. Saya juga diancam beberapa kali mau dilaporkan ke polisi," kata Rawi.

Rawi sempat ditawari solusi tiket baru ke Manado tetapi lebih dulu melalui Jakarta, bukan rute Surabaya-Manado. Mantan Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya itu menolak karena tiket baru diberikan dengan syarat meminta maaf kepada petugas tiket, AI. "Bukan hanya saya, ada satu lagi penumpang senasib dengan saya dan tidak mau diganti," ujarnya. 

Karena permasalahan tak kunjung selesai, manajemen Lion Air pun turun tangan. Rawi, AI dan WAZ dipertemukan dalam satu ruangan. Berdasarkan pengamatan VIVA, mediasi berlangsung tegang. Rawi memarahi petugas yang mengancamnya melaporkan ke polisi. "Saya malah berharap kamu laporkan saya ke polisi,” kata Rawi saat mediasi.

WAZ meminta maaf kepada Rawi. Ia mengatakan bahwa saat itu tengah emosi setelah menerima informasi anak buahnya, AI, dipukul. WAZ mengaku ucapan mengancam Rawi ke polisi semata untuk melindungi anak buah. "Saya sebagai komandan ingin melindungi anak buah," ucapnya. 

Asisten Manajer Lion Air di Juanda, Dyan Eko, mengatakan bahwa apa yang terjadi semata karena kesalahpahaman. Ia mengaku telah menawari Rawi dan satu penumpang lainnya yang juga ketinggalan pesawat dengan tiket baru, tetapi tidak mau. Soal perselisihan Rawi dengan petugas tiket, Dyan mengucapkan, "Itu masalah intern (pribadi).”