Polisi: Ada Tes bagi Pasukan Tempur MCA
- VIVA/Nur Faishal
VIVA – Polisi menyebut ada keterhubungan antara kelompok Muslim Cyber Army atau MCA dan beberapa bekas anggota komunitas Saracen dalam menyebarkan informasi bohong atau hoax yang bermuatan suku, agama, ras, dan antargolongan atau SARA.
Berdasarkan penyelidikan dan penindakan terhadap 92 kasus hoax provokatif sepanjang 2018, ditemukan kaitan antara MCA dengan Saracen. Mereka bekerja sama melalui dunia maya untuk menyebarkan hoax, terutama seputar kasus penyerangan terhadap pemuka agama dan isu kebangkitan PKI.
Bahkan, menurut orang-orang MCA yang ditangkap, mereka mengakui berhubungan dengan bekas anggota Saracen.
“Setelah dianalisis, kelompok ini terhubung: MCA dan eks Saracen; di udara (baca: dunia maya) terhubung,” kata Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri, Brigadir Jenderal Polisi Fadil Imran, dalam program Indonesia Lawyers Club tvOne pada Selasa malam, 6 Maret 2018.
Kelompok MCA pun, kata Fadil, terdiri dari beberapa divisi dengan tugas masing-masing di antaranya bertugas memviralkan info hoax melalui media sosial, melumpuhkan atau mematikan akun lawan, dan mengajari atau mendidik calon anggota pasukan siber.
“Ada yang bagian mengajari; transfer of knowledge. Itu yang di dalam yang disebut kelompok Pasukan Tempur MCA,” kata Fadil.
Untuk menjadi anggota Pasukan Tempur MCA itu, kata Fadil, ada semacam tes atau seleksi, sekurang-kurangnya untuk memastikan calon anggota memiliki kesamaan visi dan ideologi. “Yang ditangkap bukan penyusup, ada tes untuk memastikan satu ideologi yang sama.”